Intervensi di Kampung Friwen
“Kampung Friweni tempat aku lahir
Di situ aku dibesarkan
Pasir putih
Ujung ke ujung
Menghias kampung Friweni
Kan ku kenang slamanya
Dalam sanubariku
Friweni, kampungku yang slalu
Dalam hatiku
Ku kenang slama hidupku”
Agaknya menceritakan Friwen nggak bisa hanya dalam satu halaman blog aja. Bahkan draft tulisan ini ada 12 halaman sebenarnya dan bisa aja aku buat lebih. Meski aku hanya terhitung 5 hari singgah di Friwen, rasa-rasanya tiap detik berada di sana selalu punya cerita sendiri di hati, dan ya... nggak bisa aku ceritain semua π
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian yang mau mengabdi untuk negeri. Buat kalian yang mau mengabdi tapi masih takut, buat kalian yang mau mengabdi tapi masih banyak mikir..... Sesungguhnya sekecil apapun kebaikan nggak pernah ada yang sia-sia. "Jangan berhenti berbuat baik"
***
Minggu, 21 Januari
2018
Setelah bermalam di Kapal Express yang ada
AC-nya itu, haha. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa berlayar menuju Waisai, sebuah kota di sebelah barat Pulau Weigeo, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Selama perjalanan,
aku kurang excited dengan pemandangan di luar kapal dan lebih memilih untuk
tidur. Padahal saat itu ada lumba-lumba dan ikan terbang yang menampakkan diri.
Perjalanan dari Pelabuhan Rakyat Sorong hingga Waisai memakan waktu kira-kira satu setengah jam.
Perjalanan dari Pelabuhan Rakyat Sorong hingga Waisai memakan waktu kira-kira satu setengah jam.
Sesampainya di Waisai dan menurunkan
barang-barang, tim 2 bersiap untuk naik mobil kap terbuka. Waisai mungkin jadi tempat perpisahanku
dengan beberapa teman tim 2 yang tidak ikut extend. See
you soon, dude! Senang bisa berkenalan dengan kalian meski hanya 5 hari di
kapal. Selamat mengabdi dan menebar inspirasi ya, semangat! π
***
Ada anggota baru tim 3 nih.
Asal: dari jauh. England.
“Manatuh?
“Itu loh
deket Pasar Minggu ke kanan dikit (?)”
Ya, selama di kapal Express ada beberapa
delegasi yang ngobrol dengan seorang bule dari England. Bule dan 2 orang temannya nebeng
sama kita sampai Friwen. Mereka namanya Adam, Jack, dan Jorsh. Buat yang mau kepo, tuh aku kasih link Facebook-nya sekalian (klik aja di nama mereka). Kalau kalian kurang demen sama
produk lokal, barang ekspor ini cukup baik.
Untuk menuju Friwen kami dijemput mbak Acha,
koordinator tim 3, bersama mama Lena dan si bapak pengemudi kapal. Aku tara ingat nama bapak e
Foto bersama delegasi tim 2 yang ciwik-ciwik, mbak Acha, mama Lena, dan bapak |
***
Jatuh cinta pada pandangan pertama.
Aku bukan seseorang yang menganut paham itu.
Ya, tapi untuk konteks ini boleh toh aku pakai “Jatuh
Cinta pada Pandangan Pertama” sebagai definisi?
Friwenππ |
Friwen jauh di luar ekspektasiku. Pemandangannya
indah luar biasa. Pertama kali aku menginjakkan kaki di pantainya, “Masya Allah, lembut sekali pasirnya”.
Sambutan meriah dari para warga membuat kedatangan kami menjadi sangat berkesan.
Warga Friwen menyambut kami menggunakan gendang dan seruling, sambil menari-nari. Aku dan delegasi lainnya langsung membaur dan menari dengan adik-adik di
sana.
Muter-muter sama adik-adik |
Pengiringan delegasi ke rumah istirahat
Selfieee π· |
Kami kemudian menuju rumah tempat beristirahat. Ada 5 rumah yang kami pakai. Pertama, rumah Pak Kepala Desa untuk para fasilitator sekaligus tempat kami shalat (rumah ini selalu ditutup rapat agar tidak ada guk-guk yang masuk); kedua, rumah untuk istirahat delegasi perempuan; ketiga, rumah untuk istirahat delegasi laki-laki; keempat, rumah Kaka Insen tempat kami makan dan dimasakin sehari-hari, tempat berlangsungnya acara pembukaan dan penutupan, tempat cuci piring, tempat istirahat beberapa delegasi laki-laki, serta tempat joget-joget kasih slow (pokoknya hampir seluruh kegiatan pribadi kami berpusat di rumah kaka Insen); dan terakhir rumah besar yang kami pakai untuk persiapan kegiatan (briefing dan evaluasi) sekaligus tempat barang-barang donasi diletakkan, namun akhirnya rumah ini juga dipakai untuk tidur dan shalat para delegasi.
Rumah besar juga bersih dan bebas dari
guk-guk. Jadi, selama di Friwen banyak sekali guk-guk yang
berkeliaran, kami menyebutnya ‘karyawan’. Kenapa ya? Mungkin
biar lebih sopan aja. Kalau bilang, “Ih, ANJING!”. Gitu kan kasar banget ya π
Kata adik-adik di sana, guk-guk nya punya
nama. Tapi aku nggak hafal sih, mereka pernah menyebutkan beberapa. Namanya keren-keren.
Kalah namaku.
Di Friwen, mayoritas penduduknya beragama Kristen. Ada satu keluarga muslim. Di sana terdapat 1 gereja serta 1 aula (katanya untuk beribadahnya warga lansia). Setiap pagi jam 7, suka terdengar bunyi lonceng dari gereja.
Di Friwen matahari terbit jam 7 pagi, makanya ayam berkokoknya juga telat. Semacam ayam kesiangan gitu. Terbenam mataharinya pun jam 7 malam, kalau jam setengah 6 tuh masih teraaang kayak jam 5 sore. Makanya habis evaluasi kadang nggak berasa udah tengah malam aja.
Kami disuguhi makan siang pertama dengan makanan khas Papua, Papeda. Lauknya ikan tenggiri kuah kuning dan ongseng sayur kangkung. Enakkk! Tapi aku kurang suka Papedanya. Kalau Papeda tanpa kuah kuning rasanya asam banget, kayak ketek. Untungnya waktu itu aku nggak ambil Papeda kebanyakan, jadi aku ambil Papeda sedikit lalu dicampur dengan nasi. Selama di Friwen hampir setiap hari selalu ada menu ikan yang ena-ena, betaaah bangeeet
Setelah makan siang, kami mengawali kegiatan
pertama yaitu briefing. Briefing ini dilakukan di rumah besar.
Setelah briefing, kami diajak untuk jalan-jalan sore ke pantai
Friwen, pantai Tauyado (aku baru tahu namanya setelah browsing dari Google,
huehehe). Wah, ini seneng banget sih anak-anak. Anak-anak delegasi maksudnya.
Kami semua nyebur ke laut, kecuali aku dan beberapa delegasi lain (cupu Arum).
Malas ih pas awal itu, kan baru sampai ya. Jadi aku foto-fotoin delegasi yang
sedang main ayunan sambil menikmati matahari terbenam.
Di Friwen matahari terbit jam 7 pagi, makanya ayam berkokoknya juga telat. Semacam ayam kesiangan gitu. Terbenam mataharinya pun jam 7 malam, kalau jam setengah 6 tuh masih teraaang kayak jam 5 sore. Makanya habis evaluasi kadang nggak berasa udah tengah malam aja.
***
Kami disuguhi makan siang pertama dengan makanan khas Papua, Papeda. Lauknya ikan tenggiri kuah kuning dan ongseng sayur kangkung. Enakkk! Tapi aku kurang suka Papedanya. Kalau Papeda tanpa kuah kuning rasanya asam banget, kayak ketek. Untungnya waktu itu aku nggak ambil Papeda kebanyakan, jadi aku ambil Papeda sedikit lalu dicampur dengan nasi. Selama di Friwen hampir setiap hari selalu ada menu ikan yang ena-ena, betaaah bangeeet
Foto Papeda aku SS dari highlights
Instagram Sihar.
Ini juga terbilang banyak banget sih buatku. Aku nggak akan kuat. Ps: izin nyomot ya Sihar π |
Briefing pertama di rumah besar |
Serius-serius amat deh |
In Frame: Yuda Pranata. Emang bakat jadi anak mony**t ya Yud? π |
Salah satu kerajinan ukir kayu karya warga Friwen yang dipajang di Pantai Tauyado |
Foto bareng pertama tim 3 sebelum terpapar ‘hangat’-nya matahari Friwen |
Kondisi tempat pembuangan sampah (1) |
Kondisi tempat pembuangan sampah (2) |
Namun kami suka khawatir airnya habis. Khususnya saat menyuci pakaian. Makanya kami pakainya sedikit-sedikit. Tim 3 masih sangat bersyukur karena di Friwen ada air.
Sewaktu mau pulang dari Friwen, aku baru lihat satu kamar mandi yang bagus dan cozy banget. Kurang tahu kamar mandi untuk apa. Pokoknya bersih deh, nggak ada sarang laba-labanya.
Mau wudhu harus nimba air di sumur dulu dengan
wadah jeriken kecil. Jeriken
kecil diusahakan bisa buat wudhu satu orang. Kalau ambil wudhu ketika jam shalat isya atau subuh gitu harus pakai senter, karena gelap. Pun kalau mau mandi atau pipis di malam hari. hehehe.
Nyuci baju juga di luar, ada spot khususnya lagi. Nimba airnya juga dari sumur.
Di Indonesia tuh kenapa ya? Listrik sulit bisa menyala 24 jam di pulau-pulau yang jauh dari perkotaan?! It’s not fair!
Nyuci baju juga di luar, ada spot khususnya lagi. Nimba airnya juga dari sumur.
Di Indonesia tuh kenapa ya? Listrik sulit bisa menyala 24 jam di pulau-pulau yang jauh dari perkotaan?! It’s not fair!
Malamnya dilaksanakan pembukaan acara sekaligus perkenalan delegasi. Ini bule-bule Rp. 0,- |
***
Senin, 22 Januari
2018
Awalnya delegasi menyebut Friwen dengan Desa
Friwen, namun ternyata warga lokal lebih familiar dengan Kampung Friwen.
Kampung ini terletak di sebuah pulau kecil (bahkan kalau di maps nggak keliatan), dekat pulau Waigeo
bagian selatan, sekitar 15-30 menit dari Waisai naik kapal rakyat (yang
pakai mesin, bukan dayung sampan). Di sana terdapat 2 pelabuhan untuk kapal berlabuh. Pertama, pelabuhan utama tempat
kapalku kemarin singgah for the first time dan kedua di pantai Tauyado.
Friwen memiliki 2 buah homestay, Famangkor dan satu lagi, nggak tau, hehe. Aku belum sempat mampir sih ke sana. Temen-temen divisi Ekonomi yang pertama kali tahu. Aku cek harga homestay Famangkor di Traveloka sekitar 800ribu. Di homestay ini katanya sih bisa dapet jaringan 4G! Widih.
Oh ya, di Friwen sebenarnya jaringan internetnya sulit, kecuali di homestay itu. Aku semenjak dari kapal pelni sampai Friwen jarang banget pegang hape. Karena percuma aja, di kapal bisa dapat jaringan internet waktu transit aja, selama terombang-ambing udah nggak dapet.
Meski di Friwen ada jaringan inernet, tapi lemot, EDGE! Mau buat apa coba? Loading aja nggak jalan-jalan. Paling aku pakai hp kalau mau kasih kabar ke ibu (telepon/sms).
Friwen memiliki 2 buah homestay, Famangkor dan satu lagi, nggak tau, hehe. Aku belum sempat mampir sih ke sana. Temen-temen divisi Ekonomi yang pertama kali tahu. Aku cek harga homestay Famangkor di Traveloka sekitar 800ribu. Di homestay ini katanya sih bisa dapet jaringan 4G! Widih.
Oh ya, di Friwen sebenarnya jaringan internetnya sulit, kecuali di homestay itu. Aku semenjak dari kapal pelni sampai Friwen jarang banget pegang hape. Karena percuma aja, di kapal bisa dapat jaringan internet waktu transit aja, selama terombang-ambing udah nggak dapet.
Meski di Friwen ada jaringan inernet, tapi lemot, EDGE! Mau buat apa coba? Loading aja nggak jalan-jalan. Paling aku pakai hp kalau mau kasih kabar ke ibu (telepon/sms).
Pulau Friwen versi zoom in - zoom in - zoom in dari Google Maps
|
Di kampung tersebut hanya terdapat Sekolah
Dasar. Namanya SD Negeri 4 Friwen. Padahal SD-nya cuma ada satu, kenapa gitu ya
namanya 4? KENAPAA?? Apakah yang lain ghaib? Apakah wujudnya tak kasat mata?
Abaikan.
Beberapa adik-adik di Friwen tidak memiliki seragam atau
sepatu. Waktu itu Reri sempat mengajak salah seorang adik Friwen, "adik, ayo adik kita ke sekolah". Lalu si adik menggeleng. Kemudian ku tanya, "kenapa adik tara mau ke sekolah?", ia lalu mengatakan kalau tidak punya seragam, makanya ngga mau datang π’
Jadi ya kemudian Reri dan aku berinisiatif memboyong si adik ke SD.
Jadi ya kemudian Reri dan aku berinisiatif memboyong si adik ke SD.
Adik-adik di Friwen yang ingin melanjutkan
SMP atau SMA harus rela pergi ke pulau seberang. Berdasarkan penuturan salah
seorang anak di Friwen yang sedang melanjutkan
pendidikan SMA-nya di Waisai, Diana, terdapat fasilitas asrama siswa di SMA
tersebut.
Aku sangat berharap pemerintah dapat memperbaiki fasilitas dan akses pendidikan untuk adik-adik di Friwen kedepannya. Karena dorang pu cita-cita bagus e. Ada yang ingin jadi dokter, perawat, polwan, dan lain sebagainya. Mereka juga semangat-semangat sekali. Semoga tercapai semua keinginan mereka dan bisa membangun Friwen, aamiinnn..
Aku sangat berharap pemerintah dapat memperbaiki fasilitas dan akses pendidikan untuk adik-adik di Friwen kedepannya. Karena dorang pu cita-cita bagus e. Ada yang ingin jadi dokter, perawat, polwan, dan lain sebagainya. Mereka juga semangat-semangat sekali. Semoga tercapai semua keinginan mereka dan bisa membangun Friwen, aamiinnn..
***
Aku mengikuti program yang diadakan oleh
Youcan (Youth Center to Act for Nations), sebuah NGO yang concern dalam pemberdayaan
pemuda Indonesia dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemuda
akan pentingnya partisipasi mereka dalam kemajuan bangsa. Selain program pengabdian sosial, banyak program
lain yang diadakan oleh Youcan. Salah satunya program exchange ke beberapa negara. Nah,
program Youcan yang aku ikuti ini namanya Youcan Empower. Ada total 102
delegasi yang dibagi menjadi 3 desa. Aku ditempatkan di tim 3 bersama 33
delegasi lainnya.
Program ini self-funded, artinya para
delegasi harus mencari dana sendiri-sendiri. Aku bertemu dengan banyak pemuda
hebat dari beragam daerah di Indonesia, ada yang dari Pontianak, Samarinda,
Palembang, Bali, dan masih banyak lagi. Backgroundnya pun beragam ada yang
dosen, dokter, mahasiswa, duta, bahkan ada yang masih SMA. Beberapa delegasi
bahkan dapat sponsor dari pemerintah daerah, kampusnya, ataupun yayasan
beasiswa yang menaungnya. Makanya aku katakan kalau delegasi Youcan Empower
untuk Raja Ampat ini ajaib isinya.
Setiap desa dibagi menjadi beberapa aspek divisi
yaitu Divisi Lingkungan, Divisi Pendidikan, Divisi Kesehatan, dan Divisi
Ekonomi. Setiap desa juga memiliki program yang bermacam-macam. Program yang
diadakan seluruhnya pure ide dari para delegasi. Kami yang merencakan
dan menjalankan program-programnya.
***
Tanggal
22 Januari merupakan hari pertama kami melaksanakan kegiatan
masing-masing divisi. Akibat terlambatnya keberangkatan KM Ciremai, kami
akhirnya harus memadatkan jadwal pengabdian. Aku paparkan beberapa kegiatan
yang aku ingat ya.
Jadwal pagi pada hari senin itu adalah upacara
bendera dari Divisi Pendidikan tapi aku tidak ikut karena sedang menyiapkan
susu dan gelas untuk dibagikan ke adik-adik Friwen.
Upacara Hari Senin |
Minum cucu dulu kaka |
Nggak perlu dijelasin lagi kan gimana bahagianya aku di Friwen? Lepas banget gitu ketawanya |
Kemudian setelah nyuapin susu dan biskuat, aku mampir ke programnya Riza dan Bang Usep. Pada program ini Riza dan Bang
Usep memberikan materi mengenai P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) yang
simple tapi insya Allah materinya juga mudah ditangkap oleh anak-anak SMP-SMA. Di program ini juga sedikit membahas tentang pentingnya mengontrol berat dan
tinggi badan, serta ada pemeriksaan tinggi dan berat badan juga. Selain itu adik-adik
juga dijelaskan pentingnya melihat tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan.
Btw, sebenernya Usep ini umurnya lebih muda daripada aku. Tapi aku prefer gitu manggil dia bang, karena aku liatnya dia lebih tua dari aku, haha ✌
Btw, sebenernya Usep ini umurnya lebih muda daripada aku. Tapi aku prefer gitu manggil dia bang, karena aku liatnya dia lebih tua dari aku, haha ✌
Kekonyolan adik-adik saat simulasi P3K
Aku bersama Divisi Kesehatan dan adik-adik (minus mbak Okky dan Reri) ππ |
Nah, program divisi kesehatan dan divisi pendidikan pada pagi itu berjalan beriringan. Namun divisi pendidikan sasarannya pada anak-anak yang cimit-cimit.
Kegiatan pada pagi hari selesai sebelum
shalat Zuhur. Kemudian aku dan tim kesehatan lainnya (Reri – Koordinator
Divisi Kesehatan, Yuda, Uswah, Riza, Bang Usep, mbak Okky) ngobrol sama mama
bidan Agustina di Pustu. Kami menyampaikan program yang rencananya akan
dilaksanakan esok hari. Beliau setuju dan mengapresiasi dengan baik program
yang akan kami laksanakan.
Berdasarkan penjelasan dari Bidan Agustina,
di Friwen terdapat satu Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan tenaga bidan dan
perawat. Di Friwen saat ini belum ada tenaga dokter. Aku sangat berharap ada
adik-adik Friwen yang bisa jadi dokter nantinya, aamiin. Program yang
berhubungan dengan ibu hamil, melahirkan, dan menyusui menurutku berjalan baik.
Penilaianku saja sih, karena aku melihat beberapa sampah biskuit untuk ibu hamil dan biskuit
MPASI di tempat pembuangan sampah.
Pada perbincangan singkat tersebut, bidan
Agustina juga menyampaikan sedikit keluh kesahnya mengenai banyaknya
warga yang mengeluh pegal-pegal. Mamah bidan sedikit khawatir warga mengalami
asam urat, sedangkan strip untuk skrining asam urat sudah habis. Huu, sayang
sekali, tadinya
divisi kesehatan mau
mengadakan cek kolesterol, asam urat, dan gula darah gratis. Namun tidak jadi, berhubung SDM-nya kurang dan anak-anak Divisi Kesehatan yang mayoritas bukan
dari rumpun kesehatan.
Hal yang cukup aku sayangkan dari kegiatan ini
adalah, delegasi tidak tahu banyak mengenai realitas keadaan di sana sebelum
berangkat. Karena untuk intervensi kesehatan khususnya, penting melakukan survei dan assesment
beberapa kali. Supaya
program yang diberikan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan warga saat itu. Meski ada salah satu fasilitator yang pernah mengikuti KKN di Friwen, tetap saja namanya masalah dulu dan sekarang belum tentu sama.
Alhasil aku hanya mengira-ngira berdasarkan survei masalah kesehatan di Papua Barat. Usulku kemarin senam sehat (bantu suksesin GERMAS nya Kemenkes), penyuluhan tentang gizi seimbang, dan antropometri (IMT, RLPP, Tekanan Darah). Tapi bersyukurnya program-program Divisi Kesehatan yang berjalan cukup tepat sasaran sih. Aku kan berinisiatif untuk ukur RLPP, ternyata di sana banyak sekali mamah-papah yang obesitas sentral (buncit perutnya), jadi sehabis penyuluhan kami sarankan untuk ikut senam sore harinya deeeh, hahaha pas banget kaaan....
Alhasil aku hanya mengira-ngira berdasarkan survei masalah kesehatan di Papua Barat. Usulku kemarin senam sehat (bantu suksesin GERMAS nya Kemenkes), penyuluhan tentang gizi seimbang, dan antropometri (IMT, RLPP, Tekanan Darah). Tapi bersyukurnya program-program Divisi Kesehatan yang berjalan cukup tepat sasaran sih. Aku kan berinisiatif untuk ukur RLPP, ternyata di sana banyak sekali mamah-papah yang obesitas sentral (buncit perutnya), jadi sehabis penyuluhan kami sarankan untuk ikut senam sore harinya deeeh, hahaha pas banget kaaan....
Nah, terus adalagi nih cerita. Di sana ternyata ada infeksi mata yang menyerang beberapa
anak dan orang dewasa (orangtua dari si anak yang kena infeksi). Makanya yang aku katakan tadi,
perlunya survei sebelum intervensi kesehatan kalau-kalau ada kejadian seperti ini. Mama
bidan Agustina mengatakan kalau stok obat tetes mata juga sudah kosong sejak beberapa bulan
ini. Sehingga masih belum ada penanganan dari pihak Pustu, bahkan Puskesmas
pusat.
Mungkin kalau Divisi Kesehatan udah tahu keadaan ini sebelum berangkat, kami bisa membelikannya to? Aku sedih sebenarnya, sungguh π’
Bisa gitu ya❓Ini masalah banget sih, obat bisa sampai death stock gitu. Dinkes Raja Ampat ada problem❓❓
Mungkin kalau Divisi Kesehatan udah tahu keadaan ini sebelum berangkat, kami bisa membelikannya to? Aku sedih sebenarnya, sungguh π’
Kondisi mata bayi yang terkena infeksi mata. Kayak belekan biasa tapi serem kalau dibiarkan dalam jangka waktu yang lama |
π« |
***
❤ |
Setelah dari mamah bidan, kami makan siang dan pesta makan kelapa muda gratis! Diambilin kaka Karel. Dan... Yuda juga. Nggak nyangka ada delegasi yang bisa manjat sih. Berbakat banget ini bocah.
Hahahaha, sa suka kelapa muda gratisπ΄
Yuda manjat kelapa |
Kaka karel bukain kelapa muda |
Pesta minum-minum air kelapa
Nah, H-1 intervensi, aku sama Fida sempat khawatir bahasa kami nantinya sulit dimengerti sama mamah-mamah. Jadi kami latihan penyuluhan dulu supaya lancar. Saat aku dan Fida latihan, kami dan beberapa delegasi lainnya sempat berbincang-bincang cantik.
<3 span="">3>
Latian penyuluhan sama Fida di rumah besar |
Setelah free time (yang cuma sebentar), aku
membantu teman-teman Divisi Lingkungan mereparasi rumah baca. Buku-buku di
rumah baca dibawa oleh teman-teman UGM yang pernah menjalani KKN di Friwen.
Sayangnya kondisinya sudah kurang baik.
Oleh karena itu, teman-teman divisi lingkungan berinisiatif mereparasi dan merapihkan buku-buku di rumah baca. Saat itu momen yang terekam diingatanku adalah membantu Wendy memilah buku berdasarkan ukuran dan membuang buku-buku yang sudah rusak. Minta kuas buat ngecat tembok biru rumah baca ke Nofi tapi nggak dikasih hahaha, rebutan kuas sama Yudha, dan foto-fotoin anak-anak Divisi Lingkungan.
Oleh karena itu, teman-teman divisi lingkungan berinisiatif mereparasi dan merapihkan buku-buku di rumah baca. Saat itu momen yang terekam diingatanku adalah membantu Wendy memilah buku berdasarkan ukuran dan membuang buku-buku yang sudah rusak. Minta kuas buat ngecat tembok biru rumah baca ke Nofi tapi nggak dikasih hahaha, rebutan kuas sama Yudha, dan foto-fotoin anak-anak Divisi Lingkungan.
Hasil kerja Divisi Kesehatan |
Kerjaan Divisi Lingkungan |
Pilih-pilih buku bareng Wendy |
Sa ingin jadi dokter |
The best banget lah Divisi Pendidikan πͺ |
Sarah kepanasan |
Divisi Ekonomi bersama adik-adik Friwenπ |
Selasa, 23 Januari
2018
“Aku ingin sekali bercerita tentang keindahan Papua, tetapi yang
aku tahu hanya Raja Ampat. Aku ingin menceritakan suku-suku di Papua, tetapi
yang aku tahu hanya suku Asmat”
Setelah masuk FKM, aku pernah mengatakan ke salah seorang temanku, “Kalau udah lulus aku mau ke Papua”. Statement yang lebih kayak banyolah garing komedian yang gagal ngelawak. Terkadang aku suka mikir jadi orang yang munafik banget. Tapi kenyataannya aku emang lebih merasa bahagia ketika dibutuhkan oleh orang lain, makin bahagia lagi kalau orang lain itu juga bahagia π
Kenapa Papua?
Papua itu menurutku sangat mendefinisikan
Indonesia Timur. Bicara tentang Papua, terkadang seperti bukan bicara tentang
wilayah Indonesia. Terdengar seperti jauuuh bangeeeet......
Pemerataan pembangunan manusia di Indonesia
Timur khususnya Papua masih kurang (menurutku). Saat ini pemerintah masih lebih fokus untuk
menangani masalah infrastrukturnya. Namun, jika kita hanya menunggu pemerintah
yang bergerak, kapan masalah di Indonesia dapat teratasi? Ini juga PR para
pemuda toh untuk sama-sama membangun Indonesia? Meski hal-hal kecil yang baru bisa aku lakukan, tapi at least aku sudah memberikan kontribusi nyataku untuk Papua.
Di Friwen khususnya, mayoritas warganya masih lulusan sekolah dasar. Paling tinggi lulusan diploma tiga, itupun bisa dihitung jari.
Aku sungguh sama sekali nggak punya
niatan untuk liburan ke Raja Ampat. Hanya karena kesempatanku yaaa ke sini dulu
sudah. Belum bisa ke Asmat, atau ke suku lain di pedalaman Papua. Dompetku
belum cukup. Kalau udah bisa, aku pasti ke sana, insya Allah.
Banyak sekali hal yang aku korbankan untuk kegiatan ini. Kalau kalian mikir aku cuma mau jalan-jalan, kayaknya Karimunjawa lebih deket daripada Raja Ampat. Bagus juga bawah lautnya.
Buat apa ya aku mau terombang-ambing selama berhari-hari dan buang-buang waktu untuk bisa ikut kegiatan kayak gini? Buat apa aku muter-muter bolak-balik cari sponsor, dan kebanyakan juga hasilnya nihil? (kalau yang ini akunya kurang getol). Bahkan sasaran kegiatannya pun di desa orang men! Mana aku punya darah keluarga dari Papua?
Banyak sekali hal yang aku korbankan untuk kegiatan ini. Kalau kalian mikir aku cuma mau jalan-jalan, kayaknya Karimunjawa lebih deket daripada Raja Ampat. Bagus juga bawah lautnya.
Buat apa ya aku mau terombang-ambing selama berhari-hari dan buang-buang waktu untuk bisa ikut kegiatan kayak gini? Buat apa aku muter-muter bolak-balik cari sponsor, dan kebanyakan juga hasilnya nihil? (kalau yang ini akunya kurang getol). Bahkan sasaran kegiatannya pun di desa orang men! Mana aku punya darah keluarga dari Papua?
Aku udah lama ingin sekali melihat keadaan Papua. Alhamdulillah 2018 bisa ke Raja Ampat.
Raja Ampat adalah salah satu surga dunia yang ada di Indonesia. Tetapi penduduknya tidak merasa seperti berada di surga.
Ucapan ulang tahun dari kawan-kawan tahun 2017 |
***
Di hari kedua program, aku, Fida, dan Yuda
melaksanakan program kami. Medical Check Up (cek tekanan darah serta skrining obesitas dengan antropometri IMT dan RLPP) dan penyuluhan untuk mamah-mamah dan papah-papah Friwen, penyuluhan pedoman gizi seimbang serta PHBS khusus untuk mamah-mamahnya, dan sorenya ada senam sehat.Saat MCU mamah bidan Agustina sangat membantu kami mengkoordinasi para warga untuk berkumpul di Pustu. Sayangnya dari kurang lebih 148 penduduk, yang hadir hanya 36 orang, namun menurutku itu sudah SANGAT BANYAK.
"Bapak punya perut besar" |
Setelah MCU, lanjut ke penyuluhan tentang Pedoman Gizi
Seimbang dan PHBS. Lucu tanggepannya mamak-mamaknya waktu kami jelaskan
mengenai porsi makanan sehari dalam satu piring. Fida ini maba UNAIR jurusan
gizi loh, belum banyak mengenyam pahitnya kehidupan mahasiswa Gizi, wkwk. Tapi
at least dia udah punya pengalaman intervensi gizi. Mantap Fidaπ
Sehabis penyuluhan tentang pedoman gizi seimbang dan PHBS |
Divisi Kesehatan x Divisi Ekonomi π |
Bersama maba-maba kebanggaanku π |
Sebenarnya kami juga menjelaskan tentang cara pengobatan infeksi mata secara herbal. Meski sudah disetujui mamah bidan Agustina, secara pribadi aku dan Fida ragu untuk melakukan. Di samping belum ada bukti konkret, kami ngeri mak salah-salah malah makin parah.
Resep obatnya itu dari si bule England. So, kami hanya memberikan informasi sederhana saja kepada mamak-mamak di sana.
PHBS untuk adik-adik oleh Uswah (cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar) |
Di air mengalir dibilas hingga bersih~ Jadi kangen Karang Mulya yayaya |
Gosok gigi duyuu, biar kita pu gigi sehat |
Take three for osyen = take three for the sea (kampanye anak Divisi Lingkungan) |
Ambilin sampah plastik bareng 2F (Fito dan Fida) Banyak looh sampai trash bag-nya diseret-seret |
Senam dulu 2 ronde πͺπ |
Di hari ini akhirnya aku merasakan mandi-mandi di pantai, seneng bangett. Udah lepasss bangeet.
Malam harinya sebelum makan malam, diadakan penutupan
kegiatan bersama stakeholders di rumah kaka Insen. Alhamdulillah kegiatan-kegiatan kami have done dengan cukup baik, intervensi Divisi Kesehatan juga selesai dan mamah-mamah, bapak-bapak, serta adik-adiknya cukup
kooperatif mengikuti kegiatan. Sedih juga malam itu ku rasa.
***
Nah, terus ada cerita konyol juga nih. Jadi
sesaat sebelum kami disuruh briefing, tiba-tiba ada yang memanggil Divisi Kesehatan untuk datang ke rumah salah
seorang warga. Ada anak yang sesak napas! Septini rupanya. Sebenarnya si
anak sudah diberi obat dari Puskesmas setempat 2 atau 3 hari yang lalu, namun
si mamah cerita kalau Septini tidak kunjung membaik. Bingung juga sih.
Ngapain kita yang dipanggil? Aku khawatirnya sih minum obatnya yang kurang teratur atau makannya nggak bener.
Untung Reri jago ngeles. Sampai akhirnya si mamah panggil kami bu suster dan Yuda dipanggil
mantri. Jadi merasa join lawak-lawak club, wkwkwk.
Aku di sini jadi berpikir, apa segitu nggak
percayanya orang sini sama tenaga kesehatan di wilayah mereka sendiri? Kok ya malah manggil kami bukan mamah bidan.
Bersama Septini. Seleb Friwen, mak. Pernah masuk Net tipi |
Lalu untuk menghabiskan malam-malam terakhir
bersama beberapa delegasi, kami membuka forum kecil-kecilan (Aku, Bang Usep, Riza, Yuda,
Wendy, dan Fito). Cerita macam-macam, ketawa-ketawa, cemilin Energen, hahaha.
Jadi rindu euy.
Fasil bersama stakeholder |
Suasana depan rumah kaka Insen |
Penyerahan barang donasi divisi kesehatan secara simbolis |
Divisi lingkungan memberikan topi kepada para Friwen Rangers |
Di depan rumah kaka Insen beberapa pemuda
Friwen ternyata mengadakan joget-joget asik gitu. Lagunya goyang enak dan kasih
slow, (goyang-able) banget memang............sampai pagi. Ada beberapa delegasi
yang sempat icip alkohol Friwen juga sih, hemm....... ~
Dengan waktu yang sangat padat, menurutku seluruh divisi bisa menjalankan programnya masing-masing dengan baik. Setiap delegasi berusaha totalitas untuk kerja bareng versi mereka masing-masing.
Dengan waktu yang sangat padat, menurutku seluruh divisi bisa menjalankan programnya masing-masing dengan baik. Setiap delegasi berusaha totalitas untuk kerja bareng versi mereka masing-masing.
Kasih slow tempooo π΅π΅
Rabu, 24 Januari 2018
“Aku nggak
mau pisah! Sungguh.”
Kamu percaya
takdir?
Aku sadar di
dunia ini tidak ada yang kebetulan. Tuhan pasti sudah merencanakan sesuatu pada
setiap pertemuan dan perpisahan. Aku kembali belajar banyak hal.
Aku benar
merasakan ketulusan dari setiap delegasi. Betapa akhirnya aku bertemu teman-teman
yang punya minat yang sama. Betapa akhirnya aku menemukan orang-orang yang juga
sadar kalau Indonesia Timur memiliki segudang masalah yang harus diselesaikan.
Aku berharap
masih banyak pemuda-pemuda seperti mereka. Terima kasih Tuhan, aku senang
sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan mereka.
***
Pagi hari sebelum teman-teman pulang, aku
mengantarkan Sarah pergi ke Mamah yang jual kerajinan khas Friwen. Sarah mau
mengambil pesanan teman-teman. Ada kerajinan yang khas dari Friwen, namanya
gigi ombak. Jadi sebenarnya gigi ombak itu jenis terumbu karang yang
dilindungi. Haha. Harusnya tidak dijual. Tapi kan kami mau bantu perekonomian
warga Friwen toh? Ah, alibi kalian.
Hahaha~ Ada juga gelang dari akar bahar, teman-teman divisi ekonomi sempat
diajari cara membuat gelang dari akar bahar menggunakan minyak kelapa, aku baru
tahu ada yang jual akar bahar waktu di hari terakhir. Aku bete.
Akar bahar itu tanaman yang habitatnya ada di laut, juga dilindungi sebenarnya π
Akar bahar itu tanaman yang habitatnya ada di laut, juga dilindungi sebenarnya π
Sarah terakhir itu bilang, “Kalau aku nggak maksa kamu kayak gini, kita
jarang-jarang bisa pergi bareng di sini” Ciaaa.
Iya memang betul, jadwal
masing-masing divisi padaaat sekali. Setiap divisi sibuk melaksanakan programnya masing-masing.
Sehingga waktu kami bersama (antar lintas divisi) agak sedikit (aku merasanya begitu).
***
Waktu di kapal aku pernah mikir gini, “Kenapa sih aku di tim 3? Kenapa nggak di tim 2 aja? atau di tim 1 gitu? Kenapa harus di tim 3?”
Sebelum berangkat ke Surabaya, hal yang
paling aku takutkan adalah "temen-temennya
gimana ya?"
Khawatir nggak cocok. Keselnya jadi anak
introvert tuh, kebanyakan diem, kadang suka merasa sulit beradaptasi. Aku kalau
sudah nggak nyaman sama sesuatu, udah pasti menjauh, perlahan-lahan. Tapi
selama di kapal aku merasa enjoy sama delegasi-delegasinya.
Suka bersyukur aja dalam hati. Tambah
bersyukur setelah kenal sama anak-anak tim 3 dan warloknya. Dats wuld be so
emejing. Aku liat gimana anak-anak tim 3 berusaha berkomunikasi sama warlok,
main sama adik-adik di sana biar selalu hepi, dan gimana mereka saling bantu
antar tim.
"Takdir
memang tidak pernah salah".
Baru kali ini aku merasa berat meninggalkan
teman-teman yang baru ku kenal. Mungkin I
felt so touched because of them, jadi waktu mereka pergi aku nangis. Baru
sebentar kenal, rasanya kayak udah lama banget. Makan, tidur, susah, senang,
perjuangan Surabaya ke Sorong naik kapal bareng-bareng 24 jam full.
Rasanya baru aja kenal dekat dengan mereka,
eh... lalu mereka pergi. Itu rasanya kayak lagi sayang-sayangnya sama pasangan,
terus diputusin.
Sakit sih, tapi nggak berdarah.
Maka dari itu aku sadar, kebersamaan yang
pernah kami lalui bersama itu sangat berharga.
Foto bareng setelah terpapar 'hangat'-nya matahari Friwen. Ini udah diterangin, aslinya gelap banget |
Terima kasih
ya partner-partner kesombongan yang mendarah dagingku [tepuk salut] ππ
Semoga di lain
kesempatan bisa bertemu lagi. Di Friwen.... Aamiin. Gonna miss
you all π
#timmelankolis
#timakukansempurna
Tribute to Mbak Okky (Korum Tim 3), Sarah, Riza, Fida, Yuda, Uswah, Reri, Bang
Usep, Rizal, Rijal,
Lolita, Wendy, Vicky, Risty, Eko Fajar, Danu, Sihar, Radit, Kiko, Suki, Dina,
Nofi, Alim, Mba Tantri, Yuni, Adin (yang ternyata cowok), Shinta, Yuli, Bang
Riski, Yunus, Ridwan, Reno
klo baca blog ini dan perjuangannya, gw ngerasa KKN gw di bali kaya ga ada apa apa nya. lo uda keren bgt rum (menurut gw). semoga lo bisa balik lg ke papua dan bantu orang lokal disana. gw juga pengen bisa ngelakuin seperti yg lu buat di papua :) semangat terus dan sukses selalu.
ReplyDeleteHai Tito temen SD! KKN itu lama loh to, masa sih lo bilang nggak ada apa-apanya? Tito juga keren!!! Aamiin... sukses terus jugaa ya :)
DeleteEmeijingg pisan euy!!
ReplyDeleteDuhh jadi rindu Friwen :')))
Kapan ya ke sana lagi? :(
Sebentar bgt btw kita di sana yaa.. Hiks.
Duh si teteh makasi udah kasih komentar.. Nanti bulan madu ke sana lagi hahaha π
DeleteAndai boleh berandai andai, kita lebih lama di sana.. Akan lebih bnyak lagi yg bisa kita kasih ke mereka. Masih terus merindukan friwen dan terutama kalian semua tim kuh..
ReplyDelete