Sunday, March 25

Membiasakan Diri Rutin Ke Dokter Gigi Sejak Kecil


Catatan Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan untuk Pengembangan Kesehatan


1.        Keadaan Gigi Sejak Kecil

Sejak kecil, penulis selalu diingatkan oleh sang ibu untuk selalu merawat gigi dengan menggosok gigi setiap hari. Penulis sangat rajin menggosok gigi, hingga banyak teman dari sang ibu yang memuji kerapihan gigi penulis. Hingga duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, gigi susu penulis belum juga tanggal. Entah karena gigi yang sangat kuat karena terlalu rajin menggosok gigi atau karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Padahal sudah banyak teman yang gigi susunya sudah tanggal kala itu. Suatu hari, penulis melihat terdapat gigi yang tumbuh di belakang gigi susu. Kejadian inilah yang pada akhirnya membawa penulis pergi ke dokter gigi untuk pertama kalinya. Karena sang ibu merupakan seorang PNS dari kantor pemerintah yang letaknya di sekitar Monumen Nasional, penulis cukup beruntung dapat berobat ke poli gigi di Puskesmas menggunakan layanan Asuransi Kesehatan (askes) dengan gratis.
Penulis masih ingat debar jantung yang terasa sangat cepat ketika mengantri menunggu giliran karena mendengar bunyi bor gigi yang terdengar terus menerus. Saat itu penulis merasa sangat takut dan khawatir terhadap tindakan dokter yang akan dilakukan. Pada saat itu memang figur seorang dokter gigi begitu menakutkan, ditambah dengan cerita kawan-kawan yang pernah sakit gigi. Tiba saat giliran penulis masuk ke poli gigi, dan setelah pemeriksaan, dokter gigi memutuskan untuk mencabut gigi susu yang berada di depannya, meski giginya belum goyang. Namun alhamdulillah, proses cabut gigi berlangsung lancar dan penulis merasa sangat lega dan senang, apalagi setelah cabut gigi dibelikan ice cream oleh sang ibu.
Terdapat beberapa gigi susu lainnya yang mengalami hal serupa. Gigi-gigi susu tersebut terpaksa dicabut karena belum tanggal dan terdapat gigi yang tumbuh di belakangnya. Gigi yang tumbuh di belakang merupakan gigi permanen atau gigi tetap. Setelah cabut gigi, dokter gigi menyarankan untuk mendorong gigi tersebut menggunakan lidah agar giginya dapat maju ke depan. Hal tersebut memang sering terjadi pada anak-anak.
Penampakan Kondisi Gigi Seri Anak yang Berjejal (sumber: klinikjoydental.com)
Normalnya gigi anak pada usia 6 hingga 9 tahun mulai mengalami pergantian. Gigi susu akan tanggal dan tumbuh menjadi gigi permanen. Fase ini disebut dengan geligi campuran (mixed dentition). Hingga nanti pada usia dewasa muda, gigi susu akan erupsi lengkap sebanyak 14 di rahang atas dan 14 di rahang bawah. Ini disebut dengan fase gigi pemanen (permanen teeth). Setelah itu baru disusul dengan geligi permanen yang terakhir erupsi yaitu gigi molar (geraham) ke-3 atau gigi geraham terakhir pada usia sekitar 20 tahun.
Sebenarnya masih dalam batas kewajaran apabila gigi seri susu anak-anak di rahang bawahnya goyang lalu di belakangnya terdapat gigi permanen seri yang muncul. Pada beberapa kasus hal ini tidak pelu dicemaskan karena dengan beradaptasi dengan lidah, gigi permanen seri yang tumbuh di belakang gigi seri susu akan menata dengan sendiri menempati tempat gigi susu serinya. Langkah yang diperlukanbila ada tanda ini adalah segera mencabut gigi seri susu tersebut dengan segera mencabut gigi seri susu tersebut dengan bantuan dokter gigi. Karena apabila tidak segera dicabut, akan mengganggu pertumbuhan gigi lainnya.
Kondisi gigi anak yang berjejal dapat mengakibatkan gigi mengalami kondisi ekstrem yang abnormal. Dalam bahasa medis, kondisi ini dinamakan malokusi. Malokusi berasal dari dua kata mal dan okusi. Ini adalah suatu kondisi di mana gigi atas dan gigi bawah bertemu. Malokusi ini bisa berarti baik dan bisa berarti buruk. Malokusi abnormal yang kerap dialami antara lain gigi berantakan, gigi tonggos, gigi renggang, gigi cameh, dan gigi gingsul. Malokusi pada dasarnya ada 2 tipe, yaitu malokusi dental karena masalah yang ada pada gigi dan malokusi skeretal atau malokusi yang terjadi pada rahang. Malokusi skeretal lebih susah diperbaiki dibanding malokusi skeretal. Malokusi abnormal dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain, faktor genetik yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya ukuran gigi maupun bentuk rahang seseorang; kebiasaan menghisap jari, mengedot terlalu lama; menjulurkan lidah saat bicara, suka menggigit kuku atau pensil; mendangu; menonton TV dengan mulut terbuka yang membuat anak sering bernafas melalui mulut, sering pilek, menguyah yang hanya terpusat pada satu bagian gigi; serta lingkungan yang sering memakan makanan manis, jarang sikat gigi, ataupun malas memeriksa gigi.
Hingga duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar, penulis merasa semua gigi susu yang dimiliki sudah sudah tanggal. Meski masih agak ragu apakah gigi geraham sudah tanggal semua atau tidak. Gigi yang mengalami kondisi berjejal hanya dialami pada gigi seri pada rahang atas dan bawah, sedangkan pada gigi lainnya rata-rata memang tanggal dengan sendirinya tanpa harus pergi ke dokter gigi. Penulis juga sempat merasa trauma ketika pergi ke dokter gigi. Pasalnya, gigi kelinci pada rahang atas yang belum goyang dicabut dua-duanya secara bersamaan. Kejadian ini membuat penulis memang menjadi malas dan takut untuk pergi ke dokter gigi, apalagi tidak ada penekanan dari kedua orangtua untuk wajib periksa gigi ke dokter gigi. Hingga masuk ke bangku perkuliahan, penulis hanya rutin menggosok gigi, namun tidak memeriksakan kondisi pertumbuhan gigi ke dokter gigi. Hingga saat penulis menulis tulisan ini, penulis bersyukur tidak pernah merasakan gigi berlubang. Meski tidak rutin periksa ke dokter gigi.
Saat mengambil studi diploma 3 di Universitas Indonesia, tepatnya pada semester 2, penulis merasa ada gigi geraham terakhir yang ingin tumbuh. Saat itu memang berulangkali penulis merasa gusinya terasa sakit dan tidak enak untuk menguyah makanan. Namun kondisi tersebut sering menghilang setelah 3-4 hari. Sempat penulis menceritakan kondisi gigi tersebut pada kakak tingkat. Berdasarkan penuturan kakak tingkat yang ternyata juga mengalami kondisi serupa, akhirnya penulis membiarkan saja kondisi tersebut tanpa konsultasi ke dokter gigi. Karena hal tersebut bukan suatu masalah besar dan tidak terlalu mengganggu. Sebenarnya sempat beberapa kali penulis ingin berkonsultasi atau scalling ke dokter di Pusat Kesehatan Mahasiswa UI (sekarang Klinik Satelit UI), namun tidak jadi karena penulis merasa takut.

2.        Pilihan Sulit: Odontectomy Saja atau Pasang Kawat Gigi?
Segala ketakutan untuk pergi berkonsultasi ke dokter gigi musnah sudah ketika penulis mengalami keadaan yang sangat mendesak. Saat itu tahun 2016, penulis sedang menjalani program wajib magang di salah satu rumah sakit swasta di daerah Ciputat. Penulis merasa gusi pada gigi geraham bawah paling belakang terasa sangat sakit. Kondisi tidak nyaman ini berlangsung hingga seminggu. Penulis kesulitan untuk mengunyah makanan, bahkan di hari ketujuh diam pun rasanya sakit sekali.
Sebelum akhirnya memutuskan pergi ke dokter gigi, penulis terlebih dahulu mengecek gigi geraham belakang yang ternyata sudah muncul ke permukaan. “Selamat datang gigi geraham belakang yang menyebalkan”, begitu sapa penulis kala itu. Pertumbuhan giginya terlihat abnormal, karena rahang belakang yang dimiliki penulis sudah penuh. Gigi tersebut tumbuhnya terlihat miring. Penulis kemudian mencari informasi tentang pertumbuhan gigi geraham belakang yang tumbuh di usia 20 tahun. Ternyata itulah gigi molar ke-3. Gigi molar ke-3 sering terpaksa harus dicabut dengan operasi minor maupun mayor (odontectomy), karena rahang yang tidak muat lagi menampung gigi-gigi tersebut. Saya panik saat itu, mencari informasi tentang penatalaksaan odontectomy. Bertanya dengan beberapa orang dan teman dekat yang pernah merasakan odontectomy, melihat penatalaksaan pasien odontectomy dari YouTube, membaca kembali novel Raditya Dika tentang pengalamannya operasi gigi molar ke-3 dan mencari informasi artis Nikita Willy yang pernah rawat inap karena operasi 4 gigi molar ke-3 nya. Saat itu akhirnya panulis merasa pasrah dengan apapun tindakan dan saran dokter.
Keesokan harinya, penulis pergi ke dokter gigi Klinik Satelit UI dengan hati yang berdebar hingga duduk di kursi panas (kursi praktek dokter gigi). Awalnya penulis mengatakan tentang keluhannya kepada dokter gigi, setelah itu beliau kemudian melihat kondisi gigi penulis. Sang dokter mengatakan jika penulis memiliki sistem pengunyahan miring (cross-bite) atau rahang atas dan bawahnya asimetris, masih memiliki gigi susu, dan memiliki benih gigi molar ke-3 di rahang atas. Kemudian beliau memberikan saran untuk melakukan perawatan ortodonti (menggunakan kawat gigi). Namun sang dokter memperbolehkan penulis jika penulis hanya ingin mencabut gigi molar ke-3 saja. Sang dokter gigi kemudian memberikan penulis rujukan untuk melakukan rontgen panoramik di RSKGM (Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut) UI dan memberi rujukan untuk pemasangan kawat gigi juga, serta obat pereda nyeri.
Penulis sempat dilanda kebimbangan diantara 2 pilihan, langsung meminta operasi (odontectomy) atau memasang kawat gigi, mengingat biaya pemasangan kawat gigi tidak murah. Namun karena penulis berpikir lebih baik menyelesaikan masalah gigi dengan tuntas saat ini juga dibandingkan menyelesaikan satu masalah saja, namun masalah lain justru akan muncul di kemudian hari. Pada akhirnya penulis memutuskan untuk menggunakan kawat gigi, meski dirasa sangat terlambat.

3.        Gigi Molar Ketiga, Gigi Impaksi, dan Odontectomy

Gigi Molar Ketiga
Anak kecil memiliki jumlah gigi yang berbeda dengan orang dewasa. Gigi anak-anak disebut dengan gigi susu dan berjumlah 20 buah dengan susunan sebagai berikut:

-        Rahang atas     : 4 gigi seri, 2 gigi taring, 4 gigi geraham
-        Rahang bawah : 4 gigi seri, 2 gigi taring, 4 gigi geraham
Susunan Gigi Susu dan Permanen (sumber: edubio.info)

Gigi-gigi susu tersebut akan tanggal satu persatu dan digantikan dengan gigi permanen. Tidak seperti ikan hiu yang giginya dapat terus berganti, apabila gigi permanen manusia telah tanggal tidak akan tumbuh gigi yang baru lagi. Gigi permanen berjumlah 32, dengan susunan sebagai berikut:
-        Rahang atas     : 4 gigi seri, 2 gigi taring, 4 gigi geraham depan, 6 gigi geraham belakang
-        Rahang bawah : 4 gigi seri, 2 gigi taring, 4 gigi geraham depan, 6 gigi geraham belakang

Awalnya gigi permanen hanya berjumlah 20 buah, namun seiring pertambahan umur gigi geraham belakang akan tumbuh satu-persatu hingga jumlahnya mencapai 32. Masuk usia remaja ke dewasa biasa muncul keluhan tentang tumbuh gigi geraham. Biasanya keluhan yang muncul adalah keluhan rasa nyeri yang sangat pada bagian belakang rahang.  Gejala tersebut adalah gejala tumbuh gigi molar ketiga atau biasa disebut gigi bungsu. Gigi bungsu atau gigi molar ketiga biasa tumbuh dalam rentang umur 17-24 tahun. Jika gigi ini tumbuh miring maka muncul gejala bengkak, nyeri, atau bahkan demam. Terlebih jika gigi ini menusuk gusi, akan menjadi sangat nyeri. Gigi bungsu akan tumbuh di empat bagian rahang, yaitu kanan atas belakang, kiri atas belakang, kanan bawah belakang, dan kiri bawah belakang. Sakit akibat tumbuh gigi bungsu ini bisa diatasi dengan meminum obat analgetik atau pereda nyeri. Biasa yang digunakan adalah asam mefenamat atau mefinal. Namun penderita biasa meminum asam mefenamat.
Tidak semua orang akan mengalami tumbuhnya gigi bungsu ini dan sakit akibat tumbuh gigi bungsu tidak hanya saat tumbuh. Bahkan di kisaran umur 40 tahun seseorang bisa mengalami kambuh sakit akibat gigi bungsu ini, dan jika gigi bungsu ini muncul pada wanita hamil, maka tidak boleh dicabut. Pilihan yang paling aman adalah diberi analgesik dengan jenis dan dosis yang tepat untuk wanita hamil.

Beberapa Masalah Gigi Geraham Bungsu
Setelah berusia 21 tahun, biasanya seseorang akan memiliki 32 gigi termasuk gigi geraham bungsu. Proses tumbuhnya gigi geraham bungsu ini bukan tanpa masalah. Beragam masalah gigi dapat muncul pada masa pertumbuhannya, atau setelah tumbuh. Karena gigi geraham bungsu merupakan rangkaian gigi yang terakhir tumbuh di antara bagian gigi yang lain, tidak jarang tumbuhnya gigi geraham bisa terasa begitu sakit. Hal ini terjadi karena untuk tumbuh, gigi bungsu perlu merobek bagian gusi. Belum lagi potensi masalah arah tumbuh gigi bungsu yang dapat menimbulkan kerusakan.
Berikut ini adalah beberapa masalah gigi geraham yang mungkin dialami:
·                Gigi geraham bungsu bernanah
Gigi geraham bungsu tidak luput dari masalah gigi bernanah atau abses gigi, yang tidak kalah sakitnya dengan gigi di bagian lain. Gigi bernanah biasanya disebabkan oleh beragam hal, misalnya saja Anda terlalu banyak mengonsumsi makanan manis atau kurang melakukan perawatan gigi. Kalau sudah bernanah, tidak hanya sakit yang bisa muncul, tapi juga komplikasi yang muncul bersamanya. Nanah bisa menyebar ke area lain seperti rahang, leher, kepala atau tempat lainnya. Bahkan pada tahap paling parah, dapat mengancam nyawa jika menyebabkan infeksi darah atau sepsis. Gigi bernanah disebabkan oleh munculnya kantong nanah akibat infeksi bakteri pada pulpa gigi (jaringan akar gigi) di mana terdapat pembuluh darah, jaringan saraf gigi, dan jaringan ikat. Guna mengatasi infeksi yang terjadi pada gigi bernanah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Misalnya saja, melakukan perawatan akar gigi, pengeringan nanah, pemberian antibiotik untuk atasi infeksi, atau bahkan pencabutan gigi. Pengobatan dapat dilakukan sesuai dengan kondisi gigi Anda. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi atau memeriksakan kondisi kesehatan gigi Anda ketika terjadi masalah.

·                Gigi geraham bungsu impaksi
Impaksi gigi adalah suatu keadaan dimana benih gigi atau calon gigi yang akan tumbuh terhalang jalan pertumbuhannya hingga  mengakibatkan gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal. Impaksi gigi biasanya terjadi sekitar 20% dari total populasi. Pria lebih sering mengalaminya daripada wanita. Impaksi gigi molar (geraham besar) ketiga pada umumnya  terjadi sekitar 17%-32% dari populasi yang telah dilakukan penelitian, dimana frekuensi mandibula (rahang bawag) lebih tinggi daripada maksila (rahang atas).  Angka kejadian terjadinya impaksi gigi kaninus (gigi Taring) atas terjadi sekitar 0,3-3,2%, dari populasi yang diteliti.  Impaksi gigi kaninus bagian palatal (langit langit mulut) terjadi sebesar 15% kasus impaksi gigi kaninus, lebih banyak terjadi pada perempuan daripada pria. Impaksi gigi premolar (geraham keci yang terletak 1 dan 2 baris di belakang gigitaring) sebesar 0,5% dari populasi yang diteliti.  Gigi yang sering terjadi impaksi adalah molar (gigi geraham besar) ketiga mandibula (rahang bawah) diikuti molar ketiga maksila (gigi geraham besar rahang atas), dan premolar dua mandibula (gigi geraham kecil dua baris yang terletak di belakang gigi taring rahang bawah) (Andreason, 1997).


 
 
 Beberapa Kasus Impaksi Gigi Geraham Bungsu (sumber: Healthrow.net)

Karena gigi geraham merupakan bagian dari gigi yang tumbuh terakhir, maka kasus impaksi lebih sering terjadi pada gigi geraham. Khususnya gigi geraham bungsu. Impaksi terjadi ketika gigi tidak tumbuh dengan sempurna, karena adanya penghalang dari gigi lainnya. Impaksi juga bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan antara ukuran rahang dan ukuran gigi. Impaksi pada gigi geraham dapat menyebabkan gusi membengkak yang disertai rasa sakit. Hal ini terjadi karena pada gigi geraham bungsu yang mengalami impaksi, kuman dapat masuk ke dalam sehingga menyebabkan infeksi. Mengatasi masalah gigi geraham atau geraham bungsu yang mengalami impaksi dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, mengangkat gigi geraham bungsu, atau dengan melakukan operasi pada bagian gusi yang biasa di sebut dengan odontektomi. Odontektomi  sendiri pada umumnya bisa dikerjakan dengan suntik lokal ataupun dengan bius umum di ruang operasi tergantung tingkat kesulitan kasus.

·                Gigi geraham bungsu patah
Meski berada di paling belakang, bukan berarti gigi geraham bungsu dapat luput dari masalah gigi patah. Gigi patah biasanya terjadi pada gigi yang memang sudah mengalami kerusakan, misalnya saja keropos. Jika gigi geraham Anda patah, jangan panik. Jika Anda bisa segera pergi ke dokter gigi, Anda disarankan untuk menyimpan patahan gigi geraham di dalam susu. Pada kondisi tertentu, dokter memiliki kemungkinan untuk dapat menempelkannya kembali. Tapi hal ini tentu tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi.

4.        Pemasangan Kawat Gigi dengan Dokter Residen Spesialis Ortodonti RSGM UI
Sebelum menggunakan kawat gigi, penulis terlebih dahulu melakukan rontgen panoramik di bagian radiologi RSGM UI. Setelah mendapatkan hasil rontgen panoramik, barulah penulis mendaftar ke bagian administrasi untuk pergi ke dokter spesialis ortodonti. Namun karena biaya pasang kawat gigi di dokter gigi spesialis ortodonti paviliun khusus RSGM lebih mahal, akhirnya penulis memilih perawatan dengan dokter gigi residen spesialis ortodonti. Sama-sama aman, karena perawatan dengan dokter residen juga diawasi oleh supervisor (doesn alias dokter gigi spesialis ortodonti dari paviliun khusus). Setelah itu, bagian administrasi langsung mengarahkan penulis untuk menuju ke lantai 2. Pertama-tama penulis terlebih dahulu mengutarakan maksud dan tujuannya untuk memasang kawat gigi, sembari memberikan surat rujukan dari dokter gigi Klinik Makara UI dan hasil rontgen panoramik kepada dokter gigi residen yang sedang piket kala itu. Ia menjelaskan banyak hal kepada penulis dan memberi arahan untuk melakukan rontgen cephalometric, sembari menunggu dokter yang akan menangani kasus permasalahan gigi penulis.
Setelah hampir 1 bulan karena terpotong puasa, akhirnya penulis dihubungi oleh dokter gigi residen yang akan menangani kasus gigi penulis. Sebut saja namanya drg. Dina. Penulis kembali ke RSGM untuk bertemu dengan drg. Dina sekaligus pemeriksaan awal. Sang dokter menyarankan penulis untuk melakukan rontgen cephalometric karena hasil cephalometric yang ia dapatkan kurang jelas. Penulis pun kembali melakukan rontgen cephalometric di Laboratorium Klinik Pramita. Setelah mendapatkan hasil yang bagus, barulah penulis diarahkan untuk cetak gigi dan foto bentuk rahang dari depan dan samping. Setelah sekitar 3 bulan drg. Dina melakukan diskusi bersama teman-teman sejawat dan dosen. Penulis kembali dihubungi untuk pemasangan kawat gigi. Kawat gigi yang dipilihkan oleh sang dokter berjenis damon system. Awalnya penulis sempat menolak untuk dipasangkan damon system, karena alasan biaya. Namun setelah drg. Dina menjelaskan dari sisi medis, akhirnya penulis mengikuti saran dokter. Di RSGM, jenis kawat gigi sudah didiskusikan dengan matang terlebih dahulu, jadi pasien tidak bisa sembarang meminta jenis kawat gigi. Misalnya, sebenarnya pasien dapat dipasang kawat gigi jenis logam dengan biaya yang lebih murah, namun pasien lebih mau dipasang kawat gigi damon system. Biasanya dokter akan menolak karena alasan medis.
Permasalahan gigi penulis sebenarnya cukup kompleks. Ternyata masih terdapat 2 gigi taring susu di rahang atas. Berdasarkan hasil rontgen panomarik yang penulis lihat, terdapat 2 buah gigi impaksi yang dimiliki penulis, dan seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa benih gigi molar ke-3 sudah terlihat. Gigi impaksi pertama yang tumbuh miring ke atas gusi, yang sempat menimbulkan rasa sakit yang hebat. Gigi impaksi kedua ternyata tumbuh miring dan menabrak gigi di sampingnya, sehingga tidak muncul ke permukaan. Gigi impaksi ini akan dilakukan odontectomy, namun saat ini penulis masih belum mendapatkan instruksi dari dokter.
Karena permasalahan yang kompleks tersebut, drg. Dina menyarankan penulis menggunakan kawat gigi damon system. Damon braces merupakan teknologi kawat gigi terbaru dengan sistem self-ligating yang tidak membutuhkan karet untuk mengikat karena bracket memiliki penyangga khusus untuk menyangga kawat yang digunakan. Untuk itulah damon braces tidak menimbulkan rasa sakit. Dilihat dari teknologi dan prosesnya, damon braces memang lebih unggul dibandingkan dengan metal braces.
Sebelum dilakukan pemasangan kawat gigi, penulis terlebih dahulu melakukan scalling gigi dan mencabut 3 gigi. Dua gigi taring susu yang ada di rahang atas, dan 1 gigi taring permanen di rahang bawah. Proses pencabutan gigi dilakukan oleh dokter residen bedah mulut di RSGM UI dengan diawasi oleh drg. Dina, agar tidak terjadi kesalahan. Gigi dewasa normalnya berjumlah 32 buah, namun karena rahang penulis tidak cukup, dan setelah penulis hitung kembali, nantinya gigi penulis akan berjumlah 29 buah. Saat ini gigi yang tersisa ada 12 buah di rahang atas, terdapat gigi taring permanen yang tersimpan di dalam gusi yang nantinya akan dilakukan proses windowing (pembongkaran gusi untuk memunculkan gigi taring permanen) dan gigi molar ke-3 yang berjumlah 2 buah. Sehingga nantinya gigi pada rahang atas akan berjumlah 15 buah. Sedangkan pada rahang bawah, saat ini berjumlah 15 buah. Nantinya akan ada 1 gigi molar ke-3 yang dicabut, sehingga akan berjumlah 14 buah. Saat ini penulis masih rutin kontrol setiap 11 minggu sekali ke RSGM UI, dan belum mendapatkan instruksi kapan akan dilakukan proses windowing dan odontectomy.
Proses Windowing (sumber: osmiledental)

Dampak positif yang dirasakan oleh penulis sejak penggunaan kawat gigi adalah rutin periksa gigi ke dokter gigi dan tidak takut lagi ke dokter gigi. Dahulu mendengar bor gigi atau alat skeling rasanya seperti mau meninggal, sekarang setelah tindakan pencabutan gigi yang dilakukan oleh dokter residen spesialis bedah mulut dan penambalan gigi oleh dokter residen spesialis prostodonti, penulis sudah tidak takut lagi dan merasa pasrah dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan selanjutnya untuk kebaikan struktur dan fungsi gigi yang lebih baik di masa depan. Sejauh ini, penulis merasa aman dan puas dengan pelayanan para dokter gigi residen di klinik spesialis RSGM UI, ditambah lagi kesamaan almamater sehingga merasa sangat nyaman. Jadwal konsultasi dan komunikasi jika mendapati keadaan tidak nyaman pada gigi pun dapat dilakukan melalui akun whatsApp dengan drg. Dina. Penulis berharap perawatan kedepannya dapat berjalan aman dan nyaman.








 
Kondisi Gigi Penulis Pasca Pemasangan Kawat Gigi Damon


5.      Pentingnya Rutin Periksa Gigi Ke Dokter Gigi Sejak Kecil
Berdasarkan pengalaman penulis sejak kecil, hingga akhirnya memutuskan untuk memakai kawat gigi di umur 21 tahun. Merupakan segelintir pengalaman dari dampak kurang runtinnya pergi ke dokter gigi sejak kecil. Anjuran pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali sejak kecil perlu diterapkan. Sebaiknya merawat gigi sejak dini. Jangan menunggu gigi bermasalah baru mengunjungi dokter gigi. Apabila sejak kecil sudah rutin ke dokter gigi, permasalahan gigi dapat segera dideteksi sejak dini dan lebih mudah diatasi. Gigi yang dirawat sejak dini akan lebih sehat dan bebas dari masalah-masalah dan gangguan kesehatan gigi saat dewasa.
Cakupan pelayanan kesehatan gigi yang dimiliki oleh BPJS dan pentingnya periksa gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, seharusnya lebih dipromosikan lagi. Karena masih belum banyak yang mengetahui bahwa membersihkan karang gigi ternyata didanai oleh BPJS, misalnya dan beberapa program BPJS lainnya. Apalagi biaya praktek dokter gigi terkenal sangat mahal, sehingga banyak orang yang lebih memilih untuk berobat hanya ketika sakit saja daripada periksa rutin setiap 6 bulan sekali. Adapun pelayanan gigi dan prothesa gigi yang dicakup oleh BPJS antara lain:
1.  Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke faskes lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di faskes tingkat pertama.
2.        Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
3.        Premedikasi
4.        Kegawatdaruratan oro-dental
5.        Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
6.        Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7.        Obat pasca ekstraksi
8.        Tumpatan komposit/GIC
9.        Skeling gigi (1x dalam setahun)
10.    Protesa gigi/gigi palsu merupakan pelayanan tambahan/suplemen dengan limitasi/plafon/pembatasan yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
11.    Pelayanan Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.
12.    Protesa gigi/gigi palsu diberikan kepada Peserta BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai dengan indikasi medis dan atas rekomendasi dari Dokter Gigi.
13.    Tarif maksimal penggantian prothesa gigi adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut:
Tariff untuk masing-masing rahang maksimal: Rp. 500.000,-
Rincian per rahang :
- 1 sampai dengan 8 gigi : Rp. 250.000,-
- 9 sampai dengan 16 gigi : Rp. 500.000,-

Kesehatan gigi dan mulut merupakan cerminan dari kesehatan tubuh. Gigi dan mulut perlu dirawat dan dijaga kesehatannya, dengan lebih dari 90% materi yang masuk tubuh kita melalui mulut, tak heran jika kita perlu menjaga kebersihan mulut dan gigi yang tak lain adalah jendela menuju hidup sehat. Oral Hygiene (kebersihan mulut) adalah upaya melaksanakan kebersihan rongga mulut, lidah dari semua kotoran/sisa makanan. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk tidak hanya menyebabkan bau mulut, kerusakan gigi dan radang gusi, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Komplikasi penyakit yang menjalar ke organ lain akibat gangguan kesehatan pada gigi sering ditemukan.
Susunan gigi tidak simetris, bertumpuk, atau geligi depan yang menonjol, bisa membuat penampilan kurang menarik. Meski demikian, hampir sebagian besar masalah gigi tidak rata dapat diperbaiki. Tak ada kata terlambat untuk melakukannya. Merapikan gigi bukan hanya demi penampilan. Jika gigi tidak pas satu dengan yang lain juga dapat menimbulkan masalah dalam pengunyahan sehingga berakibat pada gangguan pencernaan. Selain itu, gigi yang bertumpuk atau miring akan menyulitkan pembersihan gigi sehingga sisa makanan mudah menempel, sehingga jadi lebih rentan mengalami gigi berlubang.
Menurut Prof. drg. Eky S. Soeria Soemantri, Sp.Ort (K), sebenarnya tidak ada batasan usia untuk melakukan perawatan ortodonti (ketidakteraturan gigi dan wajah), terutama untuk keluhan gigi tidak rata. Perawatan ortodonti bisa dirawat sampai usia berapa pun jika masalahnya adalah gigi yang tidak rata, asalkan giginya dalam kondisi sehat. Kawat gigi akan memberikan tekanan pada gigi dan secara perlahan akan menggeser gigi ke tempat yang baru. Rahang bereaksi terhadap tekanan dengan mendorong atau menekan tulang di depan gigi yang bergerak, dan membentuk tulang baru di belakangnya.
Sementara itu, jika gigi tidak rata disebabkan karena kelainan rahang, sebaiknya tindakan perawatan ortodonti diberikan sebelum anak memasuki usia pubertas. Kelainan rahang, misalnya rahang atas terlalu maju atau rahang bawang terlalu maju, membutuhkan tindakan koreksi yang lebih lama. Anjuran perawatan untuk kelainan rahang dimulai pada usia awal pubertas, yakni pada wanita sekitar usia 9 tahun dan 11 tahun pada anak laki-laki. Koreksi rahang bisa dilakukan dengan penggunaan alat khusus untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan rahang.
Pada kasus yang ekstrem dan sudah terlambat ditangani, diperlukan tindakan bedah korektif. Dokter bedah gigi dan mulut akan membuang sebagian tulang kemudian rahang ditempatkan pada posisi yang benar. Sebaliknya, rahang pendek dapat diperpanjang atau dipendekkan untuk mendapatkan estetika dan fungsi wajah yang lebih baik. Tindakan operasi ini bisa membuat penampilan sangat berubah. Meski hasil operasi bisa bagus, tapi tindakan operasi tergolong mahal dan cukup sulit. Di Indonesia juga belum banyak rumah sakit yang bisa melakukannya karena keterbatasan tenaga ahli. Selain operasi, kelainan rahang juga dapat dikoreksi dengan tindakan kamuflase. Dalam perawatan ini, gigi dirapihkan sedemikian rupa sehingga rahang tampak normal.
Untuk menghindari kelainan susunan gigi, orangtua sebaiknya melakukan tindakan observasi saat anak-anak memasuki usia praremaja. Meski anak tidak sakit gigi, bawalah ke dokter gigi untuk melihat susunan giginya. Tindakan observasi ini diperlukan untuk menjaga arah tumbuh gigi, apalagi jika ada riwayat susunan gigi orangtua tidak rapi, seperti penulis. Pemantauan tumbuhnya gigi juga akan mencegah agar setiap kelainan gigi dan rahang tidak berkembang terlalu parah. Karena seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, kelainan rahang bisa terjadi karena faktor keturunan dan juga kebiasaan buruk. Misalnya anak suka mengemut ibu jari sampai besar.


Daftar Pustaka:
Andhika S, Christina. (2015). Tiga Masalah Penyebab Gigi Berantakan. Jakarta: CNN Indonesia. Diakses pada 25 Mei 2017 dari http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151221143302-255-99603/tiga-masalah-penyebab-gigi-berantakan.
Muntadir, Lila. (2014). Deteksi Kelainan Gigi Usia Anak-Anak dan Remaja. Diakses pada 25 Mei 2017 dari http://www.dokterkawatgigi.com/artikel-kesehatan-gigi/5-deteksi-kelainan-gigi-usia-anak-anak-dan-remaja.html.
Anna, Lusia Kus. (2013). Tak Ada Kata Terlambat untuk Rapikan Gigi. Diakses pada 25 Mei 2017 dari http://lifestyle.kompas.com/read/2013/09/18/1408118/Tak.Ada.Kata.Terlambat.untuk.Rapikan.Gigi.
Unilever. (2017). Cara Mudah Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Mulut dan Gigi. Diakses pada 25 Mei 2017 dari https://brightfuture.unilever.co.id/stories/475462/Cara-mudah-menjaga-kebersihan---kesehatan-mulut---gigi.aspx.
Harmoni Dinamik Indonesia. (2017). Merawat Kesehatan Gigi dan Mulut. Diakeses pada 25 Mei 2017 dari https://www.hdindonesia.com/info-medis/kesehatan-gigi-dan-mulut.
Panji. (2015). Struktur dan Fungsi Gigi. Diakses pada 26 Mei 2017 dari http://www.edubio.info/2015/12/struktur-dan-fungsi-gigi.html.
Ratna, Ika. (2015). Apakah yang Dimaksud dengan Impaksi Gigi dan Odontektomi Itu?. Diakses pada 26 Mei 2017 dari http://www.bedahmulut.ariirnawan.com/apakah-yang-di-maksud-dengan-impaksi-gigi-dan-odontectomi-itu/.
Tribun Jawa Barat. (2015). Tak Perlu Panik, Ini Saran dari Dokter Ketika Tumbuh Gigi Bungsu. Diakses pada 26 Mei 2017 dari http://jabar.tribunnews.com/2015/05/21/tak-perlu-panik-ini-saran-dari-dokter-ketika-tumbuh-gigi-bungsu.
Alo Dokter. Ragam Masalah Gigi Geraham Bungsu dan Cara Mengatasinya. Diakses pada 26 Mei 2017 dari http://www.alodokter.com/ragam-masalah-gigi-geraham-bungsu-dan-cara-mengatasinya.
Idris, Fachmi. (2014). Panduan Praktis Pelayanan Gigi dan Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN. Jakarta: BPJS Kesehatan.

No comments:

Post a Comment

KAGET DIDIAGNOSIS POSITIF COVID-19! TERPAKSA ISOLASI DI KOTA ORANG (AKU SANGAT MANDIRI)

Hai, ini tulisan pertamaku di tahun 2021. Terlalu banyak yang terjadi di tahun 2020, setengah tahunnya kurang bersemangat buat aku ceritakan...

Mario Walking Mario Walking Heart Chat Bubble Mario Walking