Sunday, October 1

Main ke The World Of Ghibli Jakarta


Jadi tanggal 13 September kemarin, aku, dan Rina berencana ke pameran Studio Ghibli di Ritz Calton Pacific Place, Jakarta. Karena kebetulan di waktu itu agak senggang dan kami nggak ada kuliah. Dan juga kami nggak akan ke Tokyo dalam waktu sedekat itu. Alhasil kami pun memutuskan jadwal yang tepat untuk pergi.

Awalnya aku nih udah merencakan pergi ke pameran itu ketika si pameran baru dibuka. Masih angetlah, kayak bakpao. Awalnya mau pergi bareng Erdi, temen D3 dulu yang sekarang kerja di rektorat UI. Dia emang suka anime dan cukup wibu sih menurutku loh ya. Hehe, tapi idk waktu itu si Erdi mendadak nggak bisa dan kita udah jarang ketemu, pun aku juga sudah tidak jadi wiradha rektorat lagi. Akhirnya nggak jadi. Bingung juga waktu itu kenapa si Rina tiba-tiba mau pergi. Rina baru banget sekitar akhir tahun 2016 jadi penikmat Ghibli. Itupun karena dihasut sama acu ๐Ÿ˜—

Jadilah kami berangkat. Rina ternyata ngajak kakaknya, teh Asri. Aku, Rina, dan teh Asri sampai di Pacific Place pas banget siang waktu zuhur, kita langsung solat dan nyushi dulu di Genki Sushi. Setelah itu kami muter-muter cari booth tiket.

Agak sulit sih nyarinya, apalagi ternyata boothnya itu agak nyelip di ujung gitu. Harga tiket masuknya Rp 250.000 karena pakai kartu mahasiswa ekstensi. Harga yang cukup worth it untuk penggemar fanatik anime-anime Ghibli. Setelah beli tiket, kami dikasih print kertas semacam tiket yang harus ditukarkan setelah di lantai 4, yaitu di tempat pameran. Di lantai 4 tiket kertas itu dituker jadi semacam gelang yang bisa di-scan dan tangan kami dicap. Lalu kami boleh masuk.

Di awal-awal pameran lebih banyak membahas tentang si pengarang, salah satunya master Hayao Mizaki, sejarah Ghibli awal mulanya terbentuk, dan lain-lain. Terus ada juga foto tempat kerja animator di studio ghibli, pengisi suara, dsb. Di pameran ada juga lukisan animasi yang masih dalam bentuk sketch. Itu semua nggak boleh di foto, jadi kami hanya diperbolehkan untuk melihat. Nggak boleh ditoel. Jangan genit.

Setelah itu, ada space buat nonton film Ghibli yang tayang di jam-jam tertentu. Baru deh *jeng jeng jeng* sampai di instalasi yang sangat diagung-agungkan orang-orang. Instalasi itu dibuat oleh seniman-seniman lokal dengan arahan dari Studio Ghibli. Dan menurut akoeh kece banget sih parahhh. Aku paling suka instalasi di toko roti Kiki di film Kiki’s Delivery Service karena roti-rotinya detail banget. Aku bener-bener amazed pas liat. Sama rumah Satsuki dan Mei di film Totoro. Totoro dan cat busnya juga lucu banget parah. Instalasi di Spirited Away juga nggak kalah bagus sebenarnya. Kece banget semuanya, kagum dan salut sama semua seniman yang udah bekerja keras membuat semua instalasi itu. Karena banyak instalasi yang detail banget! Good job!

Dulu pertama kali suka sama film Ghibli karena lagi gabut dan pengen banget mengenang masa kecil nonton anime. Karena waktu itu udah jarang banget anime di TV dan diriku rindu. Itu sekitar tahun 2015. Setelah coba cari dari IMDb, aku pun memutuskan untuk mencoba cari film Spirited Away, daaan... langsung jatuh cinta sama filmnya setelah nonton. Akhirnya aku coba untuk nonton dan cari movie-movie dari Studio Ghibli lainnya. Sekarang aku sudah nonton movie dari Ghibli semuanya looooh (bangga gitu), meski nontonnya bajakan huehehehe. Mantab๐Ÿ’•


Ini instalasi di film When Marnie was There๐Ÿ˜
ใ‚ใ™ใ‚Œใ‚‚ใฎ (Wasuremono) - the thing mistakingly left
The Borrower Arrietty
Rumah Mei dan Satsuki #1
Rumah Mei dan Satsuki #2
Totorokuuu ๐Ÿ’˜
Rumah Mei dan Satsuki #3
Cat Bus ๐Ÿ˜ป๐Ÿ˜ป
Sendiri aja
Spirited Away
Spirited Away ๐Ÿ˜‰
Spirited Away
Let's go home!
Ini yang ku bilang keren banget tokonya
Porco Rosso

Gimana? Salut nggak sama seniman lokal kita? Keren banget!


Ini ada cuplikannya nih dari YouTube! Silahkan menikmat!


Sekian.


Saturday, July 1

Meet and Greet Ibook @retnohening dan Kirana

 
Foto Bareng Grup R

Tanggal 17 Juni aku ikutan meet and greet ibook @retnohening dan Kirana. Awalnya ragu, tapi ya kupikir, kapan lagi ikutan acara kayak gini?! Apalagi aku seneng banget liat instagram si ibook dan Kirana yang bisa jadi moodbooster banget. Pasti banyak yang setuju deh ๐Ÿ˜
 
Aku penasaran mau liat langsung Kirana dan ibook. Kemudian aku ajak lah beberapa temen, ada beberapa yang mau. Keesokan harinya sehabis anter nyokap, aku langsung menuju Gramedia Depok buat beli tiket. Sesampainya di sana....hem.... aku kaget banget karena waktu jam 10 pagi aku dateng, antriannya udah tumpe-tumpe kayak risol mayo๐Ÿ˜‘. Aku pun antri sampai panas-panasan, karena antriannya itu sampai keluar Gramedia. Perjuangan banget.

Awalnya aku mau beliin tiket MG Kirana ini buat Rina dan Olin. Tapi ternyata udah kehabisan tiket B nya, cuma sisa tiket A aja, dan tiap orang cuma boleh beli tiket maksimal 2. Karena Rina galau, dan aku enggak mungkin beliin buat Olin, alhasil aku beli tiket A buat sendirian. Yak. Aku akan nonton meet and greet seorang diri. Semakin lama semakin galau, karena udah dibilangin kalau tiketnya abis. Tapi aku tetep antri dan berdiri karena nanggung udah di tengah-tengah antrian, pokoknya waktu itu aku mikir harus tetep antri sampai memang beneran habis tiketnya. Eh ternyata aku masih kedapetan. Seneng sih. Seneng banget. Bahkan orang-orang yang antri di belakangku yang beruntung dapet tiket juga sampai teriak kesenengan. Jadi terharu. Segitunya mereka mau liat Kirana.

Jadwal meet and greet-nya waktu lagi puasa. Pas beli tiket itu aku juga lagi puasa.

Waktu bulan Ramadhan kemarin artis youtube dan instagram yang asli Indonesia tapi tinggal di luar negeri lagi pada mampir ke Indonesia. Salah satunya Kirana ini. Euforia @gitasav dateng ke Indonesia juga lumayan disambut banget sama anak-anak remaja, aku juga salah satu followers @gitasav. Awalnya dikasih tau sama Mait, temen SMAku. Waktu aku liat instagramnya biasa aja, karena pertama kali liat, “ah artis instagram biasa, cantik, tinggal di luar negeri, tajir lah pasti makanya banyak followersnya”, gitu.

Eh terus aku nemu feeds doi di youtube, penasaran lah ya. Yang bikin seru itu karena dia kuliah dan tinggal di German, dan aku juga pengen banget kuliah di Eropa, jadi kebawa aja liat youtube doi, berasa ikutan jalan-jalan bareng doi. Mantap, bikin semangat belajar.

Oke. Tibalah tanggal 17 Juni. Aku dateng sendirian karena enggak ada temen yang ikutan juga. Aku dateng pas banget jam setengah 3, acara mulai jam 3 sore. Sempet males tuh awalnya berangkat karena lagi puasa, hari libur, dan SENDIRIAN. Tapi aku bertekad untuk mencari ilmu parenting bersama ibook dan tentunya mau liat Kirana si baby cat yang lucu banget itu.

Acaranya di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila. Sayangnya, karena ternyata posisi ruangannya datar, kayak ruang kelas kuliah biasa. Aku jadi susah banget liat Kirana, liat ibook juga cuma kepala dan suaranya aja. Kecewa karena aku beli tiket A. Setelah ku pikir, kenapa gitu GagasMedia enggak ngadain acaranya di UI aja. Banyak kan pilihannya, hampir setiap fakultas juga punya auditorium, kapasitasnya banyak, dan ruangannya macem kayak bioskop gitu.

Kira-kira begitu suasananya. Itu aku zoom in jadi pecah banget. Untung ayah Kirana mau gendong
Tapi dari segala kekurangan itu, aku mengapresiasi penyelenggara karena sudah berhasil mengadakan acara ini.

Aku enggak dapat kesempatan bertanya, tapi ada beberapa catatan yang aku tulis dari beberapa penanya yang mungkin bisa jadi bahan belajar aku kalau nanti udah punya anak. Cie.
1.   Q: Bagaimana melarang Kirana ketika ingin membeli mainan yang kurang penting atau mahal, atau melarang Kirana melakukan sesuatu?
A: Melarang anak dengan memberikan alasan yang masuk akal secara berulang dan  terus menerus
2.      Q: Menghadapi anak ketika sedang merengek
A: Ditenangin, dirayu secara halus. Suara halus akan menenangkan si anak, tapi kalau misal khawatir takut justru memarahi anak, biasanya saya pergi untuk menenangi diri dulu, baru nanti kembali lagi.
3. A: Pilihkan tontonan yang berkualitas sesuai umur dan usahakan untuk selalu menemani anak saat menonton untuk membatasi anak dalam melihat suatu tontonan. Misal ayah mau nonton anime/bola, "itu tontonan ayah, ayah mau tonton dulu, Kirana nonton yang lain yuk"
4.      A: Usahakan selalu menepati pada anak, karena anak selalu mengingat janji kita.
5.   A: Ketika anak mengalami GPM (enggak mau makan nasi), dan terdapat beberapa komentar negatif, yakin pada diri sendiri karena yang tau yang terbaik untuk anak kita, kan cuma kita, enggak usah terlalu mikirin komentar negatif orang lain. Berusaha terus mencari pengganti nasi, atau karbohidrat lain yang baik untuk tumbuh kembang anak.
6.      Q: Cara memberikan pengertian untuk anak pertama ketika mau ada anak kedua
A: Waktu itu justru Kirana yang suka minta mau punya baby, lalu saya kasih pengertian dan tanya: "kirana mau punya baby engga?"/ "mau". Lalu saya kasih nasihat supaya Kirana harus berdoa sama Allah. Nanti kalau memang diberikan anak lagi, itu bisa jadi sekaligus pembelajaran untuk anak, kalau mau mendapatkan sesuatu harus berdoa sma Allah. Selain itu untuk persiapan anak pertama menjadi kakak. Saya juga bilang dan kasih pengertian kalau mau ada anggota keluarga baru dan teman main baru. Jadi saya juga suka ajak Kirana ke rumah sakit, kalau mau USG. Kirana juga suka pegang perut saya, biar bisa tau ada baby dalam perut ibunya.
7.     Q: Cara membuat Kirana bisa hafal Surat Al-Kahf/doa-doa
A: Jujur saya sendiri juga belum hafal surat Al-Kahf, mungkin karena sering Kirana mendengarkan saya menghafal, jadi justru Kirana yang hafal. Sama seperti doa-doa, tidak ada waktu khusus untuk menghafal, saya selalu membacakan doa-doa terus menerus setiap hari, nanti insya Allah bisa hafal sendiri.


Best regards,

Friday, January 27

World Leprosy Day 2017

Aku yakin setiap niatku untuk pergi Workcamp, Allah yang sedang menggerakan hati aku.

Dalam rangka memperingati World Leprosy Day 2017 yang jatuh pada tanggal 26 Januari 2017 (hari minggu terakhir di bulan Januari), aku mau membuat posting-an khusus dengan tema kusta. 

Isu kusta memang sudah tidak begitu marak dibicarakan lagi belakangan ini, karena Indonesia sudah berhasil mengurangi wabahnya. Meskipun begitu, karena Indonesia luas. Informasi tentang kusta tidak benar-benar diperoleh oleh seluruh kalangan masyarakat. Oke, kalau ngomongin tentang masyarakat milenial di ibukota dan sekitarnya pasti mereka sudah cukup paham tentang kusta, lalu bagaimana di daerah lain? Orang yang sakit kusta masih cukup banyak yang terlantar dan belum terlalu diperhatikan lho ternyata, sebut saja kasus di salah satu perkampungan Aceh Gayo. Masih banyak masyarakat yang mengira kalau sakit kusta itu merupakan penyakit kutukan. So, di sana ada satu kawasan yang istilah kasarnya tempat pembuangan orang yang sakit kusta. Mereka yang dianggap telah melanggar hukum adat, diasingkan pada suatu kawasan khusus yang jauh dari pemukiman penduduk. Banyak diantara mereka yang hanya mendapatkan fasilitas kesehatan seadanya dari tenaga kesehatan keliling. Sejauh ini, informasi yang aku tahu memang belum ada RS Khusus Kusta di daerah tersebut.

Saat ini Indonesia masih belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases, salah satu diantaranya adalah kusta (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015-2019, 2015). Kusta sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan tanpa cacat bila ditemukan sedini mungkin, terlebih lagi obatnya, yaitu MDT dapat diakses gratis di Puskesmas (Dinkes Ciamis, 2014). Namun, Menkes (2015) menyatakan bahwa masalah kusta di Indonesia masih sarat dengan stigma, sehingga masih menyulitkan dalam pencarian kasus kusta dan tatalaksana yang tepat.
 
Kusta diklasifikasikan menjadi 2 tipe, kusta kering (PB) dan kusta basah (MB). Bahasa ilmiahnya aku lupa. Tipe kusta basah dikatakan tipe kusta yang paling parah, karena gejala umumnya kurang tegas dan lebih cepat menular dibandingkan kusta kering. Begitu pula pengobatannya, tipe basah jauh memakan waktu yang lebih lama. Tipe kusta ini yang paling sering membuat penderitanya mudah minder dan kehilangan kepercayaan dirinya, serta dapat pula mengganggu mentalnya.
Anggota tubuh yang dapat dioperasi
Perawatan luka pasien kusta
***
Awalnya aku merupakan satu diantaranya banyak orang yang kurang paham tentang kusta. Di akhir tahun 2013 aku mengalami jatuh, bangun, sedih, kecewa dalam waktu bersamaan. Pada saat itu aku mulai mencoba mengalihkan hidup aku ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Hal-hal yang bisa membuat aku setidaknya jauh merasa lebih berharga dari pada saat itu. Singkatnya, aku terpilih menjadi salah satu relawan di kegiatan Work Camp yang diadakan oleh Leprosy Care Community (LCC) / Komunitas Peduli Kusta Indonesia. Sebelumnya aku sempat enggak lolos seleksi Pengajar di kegiatan UI Mengajar tahap Focus Group Discussion-nya, tapi membuat aku bersyukur bisa dikasih kesempatan ikut Work Camp waktu itu. Aku bertemu dengan teman-teman seangkatan dan kakak-kakak yang lebih dulu mengenyam bangku kuliah. Kala itu merupakan pengalaman pertama aku terjun di dunia sosial masyarakat di luar kota Depok. Teman-teman baru dan para warga membuat aku seperti me-recharge hidup yang sebelumnya kurang mecin (MSG/Monosodium Glutamat). Di sana aku menemukan keluarga dan tentunya banyak pelajaran baru.

Aku sudah 4 kali mengikuti Work Camp yang diadakan oleh LCC di Desa Banyumanis, Jawa Tengah dan Desa Nganget, Jawa Timur. Setiap Work Camp selalu memiliki warnanya sendiri, di mana setiap detiknya merupakan pelajaran bagi hidupku. Suasana lingkungan dan warganya selalu bikin kangen. Actually sekarang pun aku jadi kangen mau ke sana. Aku yakin setiap niatku untuk pergi Work Camp, Allah yang sedang menggerakan hati aku. Ngapain juga kan ngabisin waktu libur 2 mingguan di daerah yang penduduknya pernah sakit kulit yang nular?

Ternyata aku punya tulisan waktu Work Camp di Banyumanis tahun 2015 yang didukung dengan foto-foto yang artsy. Mungkin bisa jadi jawaban, kenapa aku suka rindu sama suasana Work Camp. These pictures mean a lot, they can discribe million words. Beda Nganget, beda Banyumanis. Kalau ini tentang Banyumanis.
***
Desa Banyumanis, Donorojo, Jepara, Jawa Tengah, terletak di belakang bukit dan di pinggiran Pantai Keling. Jauh banget dari pusat kota Jepara. Bahkan orang Semarang enggak tahu ada tempat macam itu. Kalau mau ke pasar harus naik motor ±5-6 km dan di sini masih belum ada kendaraan umum. Kalau mau ke sini sih paling aku minta tolong warga sana buat jemput di gerbang depan. Karena dari gerbang depan (pertigaan yang ada kendaraan umumnya) sampai Banyumanis, masih jauh. Capek banget kali ya kalau jalan kaki, naik-turun lewati lembah.
Banyumanisku
Desa Banyumanis memiliki 3 area utama, yaitu Rumah Sakit Kusta Donorojo dan perumahan pegawai yang terdapat di depan Rumah Sakit, desa rehabilitasi yang dikelola Rumah Sakit Kusta Donorojo, dan area  Liposos (Lingkungan Pondok Sosial) yang dikelola oleh Dinas Sosial.

RS Khusus Kusta Donorojo
Bersama dr. Kunto (Direktur Rumah Sakit)
Pelangi di matamu, eh salah, pelangi di Liposos
Belakangan aku tau ada kerjasama antara pihak RS Khusus Kusta Donorojo dengan pemerintah setempat untuk memajukan kawasan ini menjadi kawasan pariwisata. Biar banyak orang yang berkunjung dan enggak takut sama kusta. Basecamp tempat aku menginap di Banyumanis ini konsepnya villa, sudah direnovasi jadi bagus banget, tapi tetep banyak banget Tomcat-nya, enggak tahu kalau sekarang. Letaknya di Guamanik namanya. Waktu 2014 ke sana juga udah berkonsep villa sih, dan 2015 ke sana lagi jadi makin bagus. Villa-nya bahkan enggak cuma satu, ada tambahan 2 lagi. Termantap.
Tujuan dibangun Guamanik Pecatu Park
Di depan basecamp
Guamanik Pecatu Park
Aku ada cerita kocak nih. Jadi, mayoritas pegawai Rumah Sakit Kusta di sana beragama non-muslim, di sepanjang rumah ada anjingnya. Pertama kali aku ke sana tahun 2014, aku dan teman-teman relawan habis berkunjung ke rumah pegawai, tetapi letaknya berbeda dengan perumahan pegawai yang sederetan punya anjing itu. Singkat cerita, sehabis maghrib kami pulang menuju basecamp dan lewat perumahan pegawai yang sederetan punya anjing. Tiba-tiba banyak anjing yang mengepung kami sambil menggong-gong. Coba bayangin. Depan-belakan-kanan-kiri, coy. Mereka ngapain coba? Aku macam penjahat kelas kakap aja. Masalahnya waktu itu ceritanya enggak se-nyantai ini, karena setiap kali kaki kami melangkah, mereka juga selangkah mendekati kami sambil menggong-gong. Kami cuma bisa pasrah berpelukan rasa Teletabis karena ketakutan. Untungnya ada ibu-ibu yang membantu kami, hidup aku enggak berakhir di situ, alhamdulillah.
 
Pulau Mandalika dan Pantai Keling yang alhamdulillah biru airnya
Dari basecamp kita bisa lihat pemandangan Pantai Keling, yang keseringan airnya butek karena muara air kali yang sudah bercampur tanah. Waktu tahun 2015 aku mendapatkan momen langka, karena bisa lihat air pantai Keling warnanya biru. Kita juga bisa lihat Pulau Mandalika dari basecamp. Katanya Pulau Mandalika berpasir putih, ada beberapa teman satu komunitas yang beruntung bisa ke Pulau Mandalika. Menurut penuturan warga, enggak ada warga yang bermukim di sana, namun terdapat mercusuar yang dijaga oleh 3 orang karyawan. Perahu dari pinggir pantai Keling bisa mengantarkan warga atau wisatawan yang ingin pergi ke Pulau tersebut dengan harga kisaran Rp 5.000 – Rp 10.000, sayangnya dua kali ke sana, dua kali pula aku cuma bisa mimpi pergi ke pulau itu.
 
Pantai Keling
Patrick Star
Di dekat Pantai Keling juga terdapat Benteng Portugis, namun aku tidak pernah mampir ke sana. Aku hanya sempat foto-foto di pinggir Pantai dekat Benteng Portugis dan Gerbang Benteng Portugis.
 
Gerbang benteng Portugis
Guamanik daerah tempat basecamp sebenarnya punya cerita mistis. Konon Guamanik merupakan sebuah Goa yang dijaga oleh arwah-arwah raja zaman dahulu. Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat goa tersebut. Ada beberapa cerita misteri sekaligus mengerikan di daerah basecamp. Untung ceritanya baru diceritain saat perjalanan pulang.
 
Katanya di sini ada goa
Lain cerita dengan warga Sitanala, orang-orang yang pernah mengalami kusta di sini jarang bertemu dengan keluarganya. Bahkan ada beberapa warga yang sudah tidak pernah sama sekali bertemu dengan satu pun sanak keluarga. Jangankan orang yang pernah mengalami, orang yang sedang mengalaminya pun juga begitu. Mereka diasingkan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Tidak jarang diantara mereka mendapat cemoohan dan perilaku yang kurang nyaman. Di samping itu orang-orang yang pernah mengalami kusta dengan disabilitas terkadang merasa minder dengan masyarakat. Sehingga mereka jarang berkomunikasi dengan masyarakat. Pertama kali komunitas LCC ke sini, banyak warga yang mendadak mengunci pintu rumahnya karena minder dengan orang sehat.
 
Aku dan Arum (anak warga desa Banyumanis)
Aku, Bu Saodah, Clara, Pak Mustofa, kak Gina, kak Naini
Kak Yudi, Clara, Pak Kemat, Kak Naini, Aku
Kak Riki, Kak Yuli, dan Kak Yudi bersama pak Slamet yang jado adzan
Bersama Mbah Karti
Pasien kusta di RSK Kusta Donorojo
Kamar pak Suwarno, salah satu pasien inventaris RSK Kusta Donorojo
Temanku Ratih dan Mak mau pesta makan kelapa muda
Anak-anak Desa Banyumanis sedang bernyayi lagu, "Li..li..lihat kecoa, bergerak-gerak. Gelii"
Education Program
Mayoritas orang-orang yang pernah mengalami kusta pada akhirnya lebih memilih tinggal di daerah koloni orang yang pernah mengalami kusta. Selain diberikan skill untuk bisa berwirausaha, tanah untuk dikelola sendiri, hewan ternak, serta beras, mereka juga hidup bermasyarakat dengan warga lain yang senasib. Dengan kata lain, mereka tidak perlu merasa minder, toh, semua warga sama-sama juga pernah mengalami kusta. Pemikiran yang seperti itu yang membuat warga desa Donorojo merasa lebih nyaman tinggal di sana ketimbang kembali ke sanak keluarganya.

Sangkar burung buatan warga
Tas daur ulang buatan warga
Kayu ukir buatan warga
Waktu tahun 2015, volunteer diajak pergi ke RS Kusta Dr. Rehatta Kelet, Jepara, Jawa Tengah dalam rangka peringatan World Leprosy Day, dan diajak nge-camp di sana. Tadinya mau pakai tenda, tapi karena hujan akhirnya kami tidur di penginapan. Perayaan Hari Kusta Sedunia yang ke-63 waktu itu cukup meriah. For the first time lihat rumah sakit dengan konsep wisata dilengkapi dengan penginapan, tempat wisata, outbound, dll. Beberapa kali pasien kusta di RS Kusta Donorojo dipindahkan di RS ini.

Suasana Kampoeng Rehatta, di RSK Kusta Dr. Rehatta Kelet
Tenda-tenda lucu
Volunteer dapat kelas yoga gratis nih. Namaste
Spanduk di depan RSK Kusta Dr. Rehatta
Suasana perayaan Hari Kusta Sedunia tahun 2015
Menari Sirih Kuning saat Farewell Party (perpisahan) dengan warga. Aku pakai kain ungu
Aku selalu buat cacatan perjalanan sehabis Work Camp, bisa lihat di link-link berikut jika ada yang tertarik:

NIWC2014 (Nganget) (jangan komentar grammar)
NIWC2015 (Nganget) (jangan komentar grammar)
Cover handbook (semacam diary) relawan yang ada foto akunya. Big thanks for designer
Volunteer JWC 2015 periode bulan Januari



Kegiatan Work Camp selalu berhasil bikin rindu, ya. 

KAGET DIDIAGNOSIS POSITIF COVID-19! TERPAKSA ISOLASI DI KOTA ORANG (AKU SANGAT MANDIRI)

Hai, ini tulisan pertamaku di tahun 2021. Terlalu banyak yang terjadi di tahun 2020, setengah tahunnya kurang bersemangat buat aku ceritakan...

Mario Walking Mario Walking Heart Chat Bubble Mario Walking