Friday, February 16

Museum Macan: Pameran Seni Kelas Internasional di Ibukota

Sebagai penikmat seni, aku senang mengunjungi pameran. Biasanya aku mengunjungi pameran seni rupa yang isinya patung, lukisan, foto, dan lain sebagainya. Dua tahun belakangan ini aku rutin mengunjungi pameran Jakarta Biennale (kalau penasaran sama ulasan tentang pameran seni di Jakarta Biennale bisa mampir ke akun tumblr-ku Jakarta Biennale 2015). Tahun 2017 kemarin aku juga ke Jakarta Biennale lagi, tapi aku lebih menikmati pameran tahun 2015.

Tanggal 5 Januari yang lalu, sekaligus kali pertama aku jalan-jalan di awal tahun. Aku bersama Ecep dan Novi jalan-jalan ke Museum Macan. Kalau mau tau informasi lebih rinci tentang Museum Macan, harga tiket masuk, lokasi, waktu buka pameran, dan lain sebagainya, kalian bisa lihat web Museum Macan. Aku sampai di lokasi siang hari, sekitar jam 2 siang. Kami membeli tiket OTS seharga 40 ribu. Di dalam museum macan ada banyak pameran dari seniman-seniman lokal maupun mancanegara. Aku merasa sangat excited saat memasuki ruang pameran. Tempatnya bersih dan nyaman.
Suasana di dalam Museum Macan
Setelah menitipkan tas, kami kemudian langsung menuju antrian Infinity Mirrored Room. Infinity Mirrored Room (Briliance of the Souls, 2014) merupakan sebuah instalasi karya Yayoi Kusuma. Berdasarkan informasi yang tertulis di depan instalasi, Yayoi Kusuma merupakan seniman wanita asal Jepang yang telah mengidap gangguan mental sejak kecil yang disebut Rijinsho. Penyakit ini membuat penglihatannya dipenuhi selubung bulat dan halusinasi.
 
Di dalam Infinity Mirrored Room
Namun ia berhasil menyalurkan penyakitnya tersebut ke dalam bentuk karya seni yang keren, ngehits, hingga antrian untuk foto di instalasinya tersebut tumpeh-tumpeh. Aku hanya diperbolehkan berada di dalam instalasi selama 30 detik sendirian untuk mengambil foto. Di dalam instalasi tersebut terdapat lampu bulat yang berwarna-warni, lampu-lampu tersebut berganti warna setiap beberapa detik. Pengunjung yang ingin berfoto masuk ke dalam instalasi kemudian berdiri di sebuah jembatan yang memiliki titik kuningnya sebagai pembatas. Ternyata di sekeliling jembatan tersebut adalah genangan air. Dan titik pembatas kuning itu merupakan ujung dari si jembatan tersebut. Unik sekali.
 
Lukisan dan karya seni yang sangat ‘nyeni’ di pameran ini. Sangat berkelas. Lukisannya mayoritas abstrak, sehingga kami berusaha pura-pura jadi penikmat seni yang expert. Pura-pura menilai maksud dari lukisan tersebut.
 
Lukisan-lukisan Raden Saleh
Lukisan karya Raden Saleh menjadi pameran yang pertama aku lihat. Inilah lukisan yang biasa aku lihat di buku seni rupa SMP atau buku sejarah SMA.
 
Hem, menarik
Lukisan ini semacam gambar di bangku SD atau SMP lalu diberi polesan huruf hijaiyah ya... haha 😆
Lukisan yang cukup menarik perhatianku ini merupakan lukisan karya Arahmaiani, seniman dari Indonesia tahun 60-an. Lukisan ini berjudul Lingga-Yoni yang menggambarkan suatu simbol penciptaan dan regenerasi dalam agama Hindu – sebuah lingga berwarna merah dan yoni berwarna hijau. Di dalam lukisan tersebut ada potongan aksara Arab dan Palawa (aksara dari Jawa yang lahir karena pengaruh kebudayaan India pada abad ke-7). Potongan aksara Aran berbunyi ‘alam adalah buku’ dan diikuti huruf pertama abjad Arab. Sedangkan potongan aksara Palawa berisi potongan baris pertama dari prasasti Jambu di Jawa Barat yang mengagungkan Sri Purnawarman, Raja Tarumanegara (kerjaan Hindu di Jawa abad ke-5). Lukisan ini pertama kali dipamerkan pada tahun 1994 di Rumah Seni Oncor dan diberi judul Sex, Coca-cola, and Religion. Hahaha. Lalu lukisan ini menyebabkan kontroversi dan pecah pada zamannya, sehingga pameran harus ditutup lebih awal. Lukisan ini sebenarnya menggambarkan sejarah perdagangan dan asimilasi budaya di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Lukisan ini juga mengambarkan adanya pengaruh Hindu, Animisme, dan Islam.
Coba anda maknai sendiri maksud dari lukisan ini


Pemandangan dari dalam Museum Macan
Bahagia banget mbaknya 😅😅
Mbak noleh dong mbak
Generasi melotot
Ini keren banget globenya
Nenen
Kata-kata
Ada lagi instalasi unik yang ada gambar bendera beberapa negara. Sayang baterai kamera habis sehingga tidak sempat mendokumentasikan. Setelah selesai melihat pameran, kami kemudian masuk ke sebuah ruangan menggambar untuk anak. Lagi-lagi ruangannya unik dan keren sekali. Di sana kami iseng-iseng mewarnai sebuah kertas yang dapat diikatkan di kepala sambil ngobrol cantik.

Setelah puas melihat pameran dan mewarnai, akhirnya kami pamit undur diri. Seperti awal berangkat, kami memesan grabcar terlebih dahulu untuk dapat menuju stasiun Palmerah. Setelah itu kami berpencar menuju rumah masing-masing.

Sekian,

No comments:

Post a Comment

KAGET DIDIAGNOSIS POSITIF COVID-19! TERPAKSA ISOLASI DI KOTA ORANG (AKU SANGAT MANDIRI)

Hai, ini tulisan pertamaku di tahun 2021. Terlalu banyak yang terjadi di tahun 2020, setengah tahunnya kurang bersemangat buat aku ceritakan...

Mario Walking Mario Walking Heart Chat Bubble Mario Walking