Sebenarnya,
Negara yang besar adalah Negara yang mencintai budayanya sendiri. Karena dengan
begitu, Negara tersebut memiliki pendirian untuk menatap masa depannya baik
dari segi sistem, sampai masyarakat. Namun, bangsa Indonesia cenderung
mengesampingkannya. Kita justru cenderung tidak peduli dengan budaya milik kita
sendiri. Mungkin saja hal ini yang membuat bangsa kita sulit untuk maju.
Lihat
saja, untuk menghasilkan suatu karya, banyak diantara masyarakat Indonesia yang
‘menjiplak’ karya Negara lain. Seperti gaya-gaya grup musik boyband atau girlband, yang bukan merupakan khas dari Indonesia. Mereka meniru
grup-grup musik, mulai dari kostum, penampilan, hingga gaya bernyanyinya.
Sangat disayangkan, padahal grup musik dari Negara lain yang seperti itu memang
sudah ada sebelum menjadi hits. Sedangkan Negara kita? Meniru dengan mudahnya,
ibarat makanan ‘cepat saji’. Maka hasilnya, banyak bukan grup musik yang
kemampuan para personilnya terlihat tidak memadai seperti olah vokalnya, sampai
kemampuan tari?
Tidak
hanya kasus itu, masih banyak kasus lain yang sejenis. Seperti peniruan budaya Korea,
Jepang, dan Eropa. Budaya ‘cepat saji’ ini semakin lama, akan memperburuk sikap
masyarakat. Dari contoh sehari-sehari kita saja, sebagai pelajar lebih ingin
mendapat nilai bagus dengan cara yang mudah, seperti mencotek dari pada belajar
sungguh-sungguh. Semakin lama, budaya yang telah melekat dalam diri kita
membuat bangsa kita semakin terpuruk.
Untuk
mendapat hasil yang maksimal diperlukan kerja keras. Padahal kita tidak perlu meniru untuk mendapatkan itu. Kita seharusnya
lebih menerapkan jiwa kewirausahaan dalam dunia pendidikan sampai ke kalangan
masyarakat terpencil, agar dapat menghasilkan ide yang inovatif. Terapkan juga jiwa
nasionalisme agar selalu bangga dengan budaya milik Indonesia. (Arum)
Rr Arum Sri Wikarti
No comments:
Post a Comment